
Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan 37th Joint Meeting of the UN Tourism CAP-CSA (CAP: Commission for East Asia and the Pacific, CSA: Commission for South Asia) yang akan berlangsung pada 15-16 April 2025 di Jakarta.
Pertemuan tahunan yang diadakan oleh The World Tourism Organization (UN Tourism) ini akan melibatkan perwakilan dari 29 negara anggota UN Tourism, 3 negara Associate Members, serta berbagai organisasi internasional dan sektor swasta terkait pariwisata dari kawasan Asia Timur, Pasifik, dan Asia Selatan.
Martini Mohamad Paham, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, menyatakan bahwa penyelenggaraan pertemuan ini menjadi langkah strategis bagi Indonesia dalam memperkuat citra kepemimpinan negara di sektor pariwisata dalam forum multilateral.
“Melalui pertemuan ini, Indonesia tidak hanya berperan aktif dalam pengembangan pariwisata global, tetapi juga mempromosikan pembangunan pariwisata berkelanjutan di tanah air,” ujar Diah Paham panggilan akrabnya kepada suarasurabaya.net di kantor Kemenpar, Jakarta Pusat, Rabu (12/3/2025).
Agenda utama pertemuan ini meliputi pertemuan komisi UN Tourism, UN Tourism Regional Forum on Tourism Policy on Circular Economy, peluncuran Indonesia Tourism Investment Guidelines, serta sesi teknikal tours di destinasi wisata di Jakarta seperti Museum Nasional dan Sarinah. Forum ini juga menjadi implementasi dari program prioritas Kementerian Pariwisata, yaitu pengembangan ekonomi biru, hijau, dan sirkuler (Blue, Green, and Circular Economy/BGCE) di sektor pariwisata Indonesia.
Indonesia, yang saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Eksekutif UN Tourism mewakili kawasan Asia Timur dan Pasifik, berharap dapat membawa isu-isu prioritas pembangunan pariwisata nasional ke dalam agenda pariwisata global.
“Kami berharap, melalui pertemuan ini, negara-negara di kawasan dapat bekerja sama untuk mewujudkan pariwisata yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan, sejalan dengan pencapaian tujuan UN Sustainable Development Goals (UN-SDGs),” ungkap Diah.
Selain itu, penyelenggaraan pertemuan ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia melalui sektor MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions), yang berpotensi meningkatkan pendapatan nasional, serta memberikan efek berganda pada sektor UMKM, transportasi, dan sektor lainnya.
Sebagai bagian dari upaya untuk mempromosikan pariwisata yang berkelanjutan, forum ini juga memberikan kesempatan bagi para pelaku industri dan regulator pariwisata dari berbagai negara untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam mengelola destinasi pariwisata.
Salah satu contoh konkret yang dapat diterapkan adalah pengelolaan destinasi prioritas pariwisata, seperti kawasan Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, agar tetap lestari bagi generasi mendatang.
“Penting bagi kita untuk menjaga keberlanjutan destinasi wisata agar dapat dinikmati tidak hanya oleh kita saat ini, tetapi juga oleh anak cucu kita di masa depan,” pungkas Diah.(faz)