Rabu, 9 Juli 2025

Kadin Jatim Sebut Tarif Trump Justru Buka Peluang Ekspor Indonesia

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menilai kebijakan tarif impor sebesar 32 persen oleh Donald Trump Presiden AS terhadap Indonesia bukan semata ancaman, melainkan peluang strategis.

Tarif tinggi tersebut menekan industri ekspor utama nasional, terutama di sektor tekstil, alas kaki, elektronik, dan furnitur.
Namun, Indonesia justru dinilai diuntungkan karena mendapat tarif lebih rendah dibanding negara pesaing seperti Vietnam (46 persen), Bangladesh (37 persen), Thailand (36 persen), dan Kamboja (49 persen).

“Ini paradoks strategis. Di tengah tekanan global, Indonesia justru jadi pilihan lebih kompetitif bagi pasar AS,” Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kadin Jatim, Selasa (8/7/2025).

Adik menyebut dampak kebijakan ini secara nasional cukup signifikan. PDB Indonesia diperkirakan bisa turun hingga 0,5 persen, nilai tukar rupiah tertekan hingga Rp17.217 per dolar AS, dan ekspor tekstil serta alas kaki ke Amerika sangat bergantung pada pasar tersebut.

Namun demikian, selisih tarif yang menguntungkan Indonesia dapat membuka peluang pasar ekspor baru senilai miliaran dolar. “Perusahaan Amerika pasti lebih memilih pemasok yang tarifnya lebih rendah. Ini momentum langka,” ujarnya.

Menurutnya, Jawa Timur siap memanfaatkan peluang ini. Provinsi ini memiliki klaster industri tekstil, sepatu, dan furnitur yang kuat di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, dan Malang.

Infrastruktur pelabuhan internasional seperti Tanjung Perak dan Gresik juga mendukung distribusi global.

Dengan kesiapan tersebut, Adik memperkirakan nilai ekspor Jawa Timur bisa meningkat hingga 3 miliar dolar AS dari pergeseran pasar Vietnam, serta ratusan juta dolar dari Bangladesh dan Thailand.

“Dalam skenario optimis, Indonesia bisa naik dari peringkat lima ke tiga eksportir tekstil terbesar ke Amerika Serikat. Dan Jawa Timur akan menjadi motor utamanya,” tegasnya.

Meski demikian, Adik mengingatkan agar Indonesia tidak lengah. Malaysia, yang hanya dikenai tarif 24%, berpotensi menjadi pesaing kuat di sektor elektronik.

Ia menekankan tiga langkah utama yang harus segera dilakukan: percepatan pelaksanaan kebijakan industri, peningkatan kualitas dan efisiensi produksi, serta kemampuan membaca pergeseran pasar global.

“Tarif ini memang menghantam Asia, tapi bagi Indonesia — khususnya Jawa Timur — ini bisa jadi titik balik. Bukan sekadar bertahan, tapi merebut posisi strategis di peta industri Asia,” pungkas Adik. (saf/ipg)

Berita Terkait


Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Rabu, 9 Juli 2025
23o
Kurs