
Kementerian Perindustrian RI menyebut tren ekspor Indonesia tumbuh sebanyak 37 persen sepanjang 2025, sejak Januari hingga Juli.
Reni Yanita Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian RI menerangkan, di tengah kenaikan harga bahan baku perhiasan, jika tidak diimbangi dengan dorongan penjualan, salah satunya lewat pameran untuk menunjukkan kemampuan industri dalam negeri, pihaknya kahawatir industri ini bisa diambil oleh produsen lain.
“Sehingga jelang akhir tahun seperti sekarang ini, sekaligus menjelang tahun baru, industri perhiasan tetap optimistis bisa meningkatkan kinerja industri perhiasan,” katanya, dalam konferensi pers pembukaan Surabaya International Jewellery Fair (SIJF) 2025, di Hotel Shangri-La Surabaya, Kamis (9/10/2025).
Berdasar data yang dicatat oleh Kemenperin, kinerja ekspor industri perhiasan menunjukkan angka pertumbuhan yang signifikan yakni, 37 persen, jika dibanding periode sebelumnya.
Pertumbuhan ini, kata Reni, tidak kemudian membuat pihak di industri perhiasan bisa bersantai. Karena hal ini harus dijaga supaya tetap tumbuh.
Selain itu, pertumbuhan angka ekspor ini membuat Indonesia menempati peringkat 12 di dunia, sebagai negara pengekspor emas.
Sementara itu, Iskandar Husin Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) sekaligus Ketua Penyelenggara SIJF 2025 mengatakan, lewat pameran perhiasan, pihaknya ingin mendorong penjualan dengan menghadirkan beberapa pilihan perhiasan yang sesuai dengan kondisi keungan masyrakat.
“Salah satu siasat IKM supaya perhiasan tetap diminati adalah dengan menyesuaikan harga. Salah satunya dnegan menurunkan kadar yang tidak lagi kaku harus 18 karat. Tapi bisa dibikin 14 atau 12, tapi juga tidak mengesampingkan desain dan kualitas,” ungkapnya.
Adapun dalam gelaran SIJF 2025 yang ke-28 tahun ini, Kemenperin dan APEPI menghadirkan kurang lebih 100 peserta untuk memamerkan koleksi perhiasan terbaik mereka mulai dari, emas, berlian, mutiara, batu mulia, dan masih banyak lagi.(kir/faz)