Jumat, 16 Mei 2025

Produksi Perajin Tempe di Surabaya Turun Imbas Naiknya Harga Kedelai

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Jarwo Susanto salah satu perajin tempe dari Putat Jaya Surabaya saat memproduksi tempe di Putat Jaya, Surabaya, Senin (21/4/2025). Foto: Risky suarasurabaya.net

Naiknya harga kedelai berdampak pada turunnya jumlah produksi tempe yang dibuat oleh perajin tempe di Surabaya.

Jarwo Susanto yang akrab disapa Bang Jarwo salah satu perajin tempe dari Putat Jaya Surabaya mengatakan, biasanya ia membeli kedelai dengan harga Rp8.500 per kilogram (kg). Namun setelah Lebaran 2025, harga berangsur naik hingga menjadi Rp10.500 per kg.

“Biasanya saya beli di agen yang ada di Patemon, itu sekarang sudah ganti harga. Itu naiknya sedikit demi sedikit, awalnya Rp9.000, terus Rp9.500, sampai sekarang jadi Rp.10.500,” katanya kepada suarasurabaya.net pada Senin (21/4/2025).

Naiknya harga kedelai tersebut, berdampak pada jumlah produksi tempe yang dihasilkan setiap harinya oleh Jarwo. Jika biasanya Jarwo membuat tempe dengan jumlah sekitar 25 kg setiap hari, saat ini turun menjadi sekitar 20 kg saja.

Jarwo mengatakan, dirinya tidak mau menurunkan harga tempenya atau membuat ukuran tempe lebih kecil karena adanya kenaikan harga bahan baku. Ia mengaku, tetap mempertahankan harga dan ukuran agar pembeli tetap berminat membeli barang dagangannya.

“Tetap sama tapi penghasilannya agak kurang Ya kalau dikurangi nanti tidak laku, saya yang rugi sendiri. Kalau dinaikan, tidak ada yang beli, takutnya seperti itu,” ucapnya.

Proses pembuatan tempe yang dilakukan oleh Jarwo Susanto di Putat Jaya, Surabaya, Senin (21/4/2025). Foto: Risky suarasurabaya.net

Dalam produksinya setiap hari, ia biasa membuat 400 hingga 500 tempe. Namun saat ini turun menjadi 300 hingga 400 tempe.

Jarwo bercerita, imbas kenaikan harga kedelai, para pengrajin tempe dulu pernah melakukan unjuk rasa dan mogok produksi. Namun, upaya tersebut tetap tidak membuat pemerintah bertindak dan memberi solusi pada naiknya harga kedelai.

“Tidak ada solusinya dari pemerintah waktu itu, cuma ada sosialisasi saja,” ucapnya.

Jarwo mengaku paham jika dampak naiknya harga kedelai, salah satunya juga tidak lepas dari naiknya dolar AS terhadap rupiah, karena Indonesia juga masih impor untuk komoditas kedelai.

Pihaknya khawatir, harga kedelai akan kembali mengalami kenaikan, karena waktu setelah Lebaran terus naik sedikit demi sedikit.

Ia berharap, pemerintah bisa segera mengatasi masalah kenaikan harga kedelai yang berdampak pada turunnya produksi tempe dan berimbas pada menurunnya ekonomi.

“Semoga kerja samanya dengan negara lain itu cepat utuk mengatasi masalah ekonomi di Indonesia. Soalnya ini dampaknya besar, kasihan masyarakat kecil itu,” harapnya. (ris/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Mobil Terbakar Habis di KM 750 Tol Sidoarjo arah Waru

Kecelakaan Dua Truk di KM 751.400 Tol Sidoarjo arah Waru

Surabaya
Jumat, 16 Mei 2025
29o
Kurs