
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan pada Rabu (16/7/2025) pagi di Jakarta melemah sebesar tiga poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.270 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.267 per dolar AS.
Ariston Tjendra pengamat pasar uang menyatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi data inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
“Data inflasi konsumen AS yang dirilis lebih tinggi dari ekspektasi pasar semalam, menjaga dolar AS tetap menguat,” katanya dilansir dari Antara.
Tercatat, data Consumer Price Index (CPI) sebesar 2,7 persen dari sebelumnya 2,6 persen secara year on year (yoy).
Kenaikan inflasi ini dinilai dapat memicu Bank Sentral AS untuk menunda pemangkasan suku bunga acuan.
Angka CPI ini lebih tinggi dari ekspektasi umum dan laju rata-rata 2,4 persen dalam lima bulan pertama. Inflasi inti juga naik meningkat 2,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ia menilai kenaikan inflasi berkaitan dengan peningkatan tarif terhadap mitra dagang negara tersebut sejak Donald Trump Presiden AS menjabat untuk periode kedua.
“Kenaikan tarif ini (yang menyebabkan inflasi naik), kan sudah ada barang-barang impor yang mengalami kenaikan tarif,” ujar Ariston.
Di sisi lain, negosiasi Indonesia dan AS yang berakhir dengan dianggap baik bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah.
Namun, ia mengingatkan bahwa capaian ini tetap saja mencerminkan tarif impor barang Indonesia di AS akan tetap lebih tinggi dari sebelumnya.
“Rupiah bisa saja menguat terhadap dolar AS pagi ini, tapi masih dalam kisaran Rp16.200-Rp16.300,” ucapnya. (ant/saf/ipg)