Jamaah Haji Indonesia Kloter I sebagian besar mengeluhkan kondisi kesehatan. Seperti dialami UMIYAH merasa pusing dan muntah, KUSNO (55 tahun) bibir pecah-pecah, HASANAH demam, dan lainnya malah ada asmanya kambuh.
SASOTYO WIDJANG dari Suara Surabaya Media dalam Reportase Perjalanan Haji 2007, Selasa (20/11), melaporkan persediaan obat-obatan yang ada di Sektor dan Petugas Kloter tidak mampu melayani kebutuhan jamaah. Misalnya, untuk gangguan prostat.
Tim Kesehatan menyarankan jamaah membeli sendiri di apotik terdekat. Sayangnya, jamaah tidak berani membeli sendiri karena terkendala bahasa. Di Kloter I , kata WIJANG, yang mengalami resiko tinggi cukup banyak. Dari 448 jamaah, 137 diantaranya kategori resiko tinggi.
Kalau muncul asma dan gangguan prostat adalah bawaan dari tanah air. Sedangkan batuk dan pusing terjadi saat jamaah berada di Madinah.
Mengenai akomodasi dan makanan, ada ketidaksesuaian data yang dibawa dari Kabupaten Sumenep dan Departemen Agama Propinsi Jawa Timur. Akibatnya, jamaah ada yang tidak kebagian makan sejak kedatangan mereka di Madinah.
Saat pemberangkatan jamaah di Surabaya, data yang dibawa seharusnya dari Propinsi. Tapi ketika check in di Mahtab Madinah yang dipakai data dari Sumenep. Ini dialami 6 jamaah dan dikhawatirkan ketidakcocokan data dari kloter lainnya, bisa tidak kebagian tempat tidur maupun makanan.
Kepala rombongan mayoritas banyak berasal dari perwakilan KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji). Yang jadi persoalan di Kabupaten Sumenep adalah non KBIH. Kalau kepala rombongan dari KBIH, jamaah Sumenep tidak ada yang mengurusi dan akhirnya dilakukan koordinasi dan verifikasi data. (tin)
NOW ON AIR SSFM 100
