Karya CHRISPER mahasiswa ITS ini berupa alat pengendali mouse komputer yang biasanya digerakkan dengan tangan tapi digantikan dengan sensor gerakan mata.
CHRISPER sapaan CHRISTIAN PERDANA ADISTANA, mahasiswa jurusan Teknik Elektro ini, berhasil meraih juara I lomba Indonesia ICT Award (INAICTA) 2007 yang digelar Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) dan jadi runner up (merit) Asia-Pasific ICT Award (APICTA) 2007. Juara pertama di ajang Asia-Pasifik ini diraih oleh peserta dari Sri Lanka. Dari Indonesia, peserta yang berhasil meraih juara hanya CHRISPER.
Awalnya, mahasiswa kelahiran Surabaya, 29 November 1985 ini membawa karyanya yang berjudul Human Computer Interface Using Eye Movement untuk mengikuti seleksi proposal. Dari 150 proposal pada katagori Education dengan subkatagori Proyek Mahasiswa dan Siswa Pendidikan Non-Formal, CHRISPER lolos ke sepuluh besar. Sehingga berhak mempresentasikan karyanya di hadapan para dewan juri.
Dari hasil penilaian juri, CHRISPER dinyatakan lolos ke babak tiga besar. Hingga akhirnya, cowok penyuka olahraga basket ini dinobatkan sebagai juara pertama INACTA 2007 dan bersama dua finalis lainnya berhak bertarung lagi di ajang APICTA 2007.
Karya CHRISPER berupa alat pengendali mouse komputer yang biasanya digerakkan dengan tangan tapi digantikan dengan sensor gerakan mata. CHRISPER menjelaskan, alat ciptaannya itu memanfaatkan sinyal yang dipancarkan oleh mata yang kemudian diolah sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan pointer/cursor (panah penunjuk) pada komputer.
Alat ini ditujukan untuk semua orang tapi aplikasi penggunaanya paling tepat ditujukan pada orang-orang yang mengalami cacat fisik, terutama pada bagian tangan.
“Alat ini masih memerlukan pengembangan lebih lanjut karena masih ada kelemahan-kelemahan seperti akurasi rendah dan hanya bisa melakukan gerakan-gerakan sederhana kanan-kiri dan atas-bawah seperti lewat lirikan dan kedipan mata,” papar sulung dua bersaudara dari pasangan GUNADI ADISTANA dan SINARWATI SOLAIMAN seperti dalam siaran pers yang diterima suarasurabaya.net, Minggu (16/12).
Untuk penggunaannya, alat yang dilengkapi dengan alat sensor ini ditempelkan pada tujuh titik di sekitar mata. Yakni di dua sensor di samping mata, dua sensor di atas mata, di asensor di bawah mata dan satu sensor tepat di tengah antara mata kanan dan kiri. Komponen yang dibutuhkan untuk membantu kerja alat ini antara lain alat sensor untuk ECG (Electro Cardio Graphic), amplifier, filter untuk menyaring frekuensi sinyal, dan alat untuk akuisisi data.
Untuk tiap gerakan ke kanan-kiri atau atas-bawah, masing-masing diberi jarak antara 1-2 cm sekali geser. Chrisper mengakui alatnya ini masih memiliki ketepatan sensor pada gerakan mata sekitar 60-70 persen.
“Alat ini juga belum terintegrasikan dengan program Windows, nanti ke depannya akan kami kembangkan ke arah sana,” ujarnya.
Alat ini dikoneksi ke komputer dengan memanfaatkan USB yang biasanya digunakan untuk printer. CHRISPER mengakui alat ciptaannya ini tergolong unik dibandingkan karya peserta lainya, sehingga mampu meraih juara. Di kancah nasional dan internasional sekaligus, CHRISPER mengaku alatnya unik.
“Yang membuat alat saya ini menang salah satunya karena unik, dan riset alat seperti ini di Indonesia masih sangat jarang,” ungkapnya.
Keunikan alat CHRISPER ini karena yang dipakai sebagai objek adalah sinyal mata yang memiliki sinyal kecil sekali. Bahkan sebagian besar orang tidak memperhitungkannya.
Selain itu, biaya yang dihabiskan CHRISPER untuk membuat alat ini tidak tinggi. “Biaya total untuk menyelesaikan alat ini nggak begitu banyak yaitu sekitar Rp 800.000,” jelas cowok yang pernah menjuarai Lomba Cipta Elektronik Nasional (LCEN) 2006 lalu.(ipg)
Teks Foto:
– CHRISPER dengan hasil karyanya.
Foto: Dok. Humas ITS
NOW ON AIR SSFM 100
