
Penggunaan WiFi sebagai bagian dari gaya hidup untuk mengakses internet masih rendah dibandingkan penggunaan non WiFi. Berdasarkan data D-Net, dari bandwith yang disediakan sebesar 24 Mega, penggunaan WiFi baru 20% dari total bandwithnya.
DEASY D PRASETYO Marketing Communication Manager PT Dutakom Wibawa Putra pada suarasurabaya.net, Selasa (27/03), di sela roadshow “Building to Building” produk inovasi terbaru D-Net, mengatakan, rendahnya penggunaan WiFi juga dilihat dari penjualan voucher Wi-Fi di Excelco Cafe Plasa Tunjungan. Rata-rata per bulan terjual Rp 3 juta.
Masih rendahnya penggunaan WiFi dibandingkan non WiFi, menurut DEASY, bisa jadi image mahal yang masih menempel pada sarananya. “Untuk menggunakan WiFi, orang harus mempunyai laptop. Imej inilah yang mendorong orang lebih memilih akses internet via fiber optic. Padahal dari tarifnya, sebenarnya tidak jauh beda antara WiFi dengan non WiFi , seperti di D-Net, tarifnya hampir sama-sama murah,”paparnya.
Di sisi lain, sarana yang sudah memiliki jaringan infrastruktur dengan fasilitas WiFi, kata DEASY, di Surabaya masih terbatas. Saat ini baru ada 30 titik dimana 20 diantaranya berada di pusat perbelanjaan. D-Net sendiri menargetkan sampai akhir 2007 menyediakan 50 titik berfasilitas WiFi.
Guna meningkatkan penetrasi penggunaan WiFi, ungkap DEASY, D-Net meluncurkan Internet Ready Building (IRB) dan D-Net Broadband. Produk ini membidik para tenant yang berada di gedung-gedung perkantoran, yang sudah dilengkapi IRB. Berikut penjelasan DEASY,{clip*1}.
D-Net membidik 6 gedung perkantoran seperti Graha Pena, Graha SA, Wisma Dharmala, Gedung Medan Merdeka, Wisma BII dan Graha Pacific. Dari setiap gedung ditargetkan 30% tenant gedung menjadi klien D-Net.
Dengan 6 gedung perkantoran tersebut, kata DEASY, diharapkan bisa menambah 50% pelanggan korporat yang saat ini komposisi pelanggan korporat baru 30% dari total pelanggan. Sampai 2007 nanti, D-Net akan mengembangkan ke 3-4 gedung perkantoran yang berada di pusat kota.
Nilai investasi untuk menyiapkan perangkat jaringan akses internet per gedung, DEASY menyebut, sekitar US$ 20 ribu. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk aplikasi jaringan pada gedung cukup 3 bulan.
Dalam roadshow “Building to Building” seperti di Graha Pena, 27-30 Maret, disediakan demo koneksi internet, konsultasi gratis terkait IT serta berinternet gratis dengan 3 laptop yang ada di lokasi.
DEASY menambahkan sampai saat ini D-Net memiliki koneksi langsung ke backbone internasional melalui Sing Tel (Singapura), HGC (Hong Kong). TM (Malaysia) serta koneksi langsung ke Indonesian Internet Exchange (IIX).
Teks foto :
1. Penggunaan WiFi masih rendah dibandingkan non WiFi untuk akses internet
2. Roadshow “Building to Building” di Graha Pena menyediakan demi koneksi internet
Foto : TITIN suarasurabaya.net