Rabu, 31 Desember 2025
MUHAMMAD NUH

Meyakini Indonesia Dalam Pusaran Revolusi ICT

Laporan oleh Eddy Prastyo
Bagikan

Jika tidak ada aral melintang Senin (07/05) Prof Dr Ir MOHAMMAD NUH DEA, Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya akan masuk dalam jajaran Kabinet Presiden SOESILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) untuk menempati jabatan Menteri Komunikasi dan Informasi menggantikan SOFYAN JALIL yang akan mempati pos baru di departemen yang baru.

Bagi arek Surabaya, nama ini mungkin tak asing lagi di telinga. NUH lahir dari keluarga petani sederhana di Gununganyar, Surabaya, 17 Juni 1959. Ia tumbuh dalam lingkungan religius. Otaknya yang encer mengantarkannya kuliah di Jurusan Teknik Elektro ITS dan lulus pada 1983.

Baru sebentar mengajar di almamaternya, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Universite Science et Technique du Languedoc Montpellier, Perancis. Gelar S2 dan S3 diperolehnya di perguruan tinggi tersebut. Bahkan, dalam penelitian untuk disertasinya, ”Realisation du System de Controle de l’Appareil d’Hyperthemie Superficielle ATS 2000”, NUH mengembangkan suatu sistem peralatan untuk terapi superficial bagi penderita kanker kulit. Peralatan tersebut kini masih digunakan di rumah sakit Val d’Aurelle Montpellier Perancis, sebuah rumah sakit khusus untuk kanker.

Boleh jadi jabatan menteri yang diperoleh NUH saat ini merupakan serangkaian penghargaan serta jabatan yang pernah dipegangnya selama ini. Seperti diketahui, sebelum menjabat sebagai Rektor ITS, beberapa jabatan pernah dipegangnya, antara lain Pembantu Direktur III Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS dari tahun 1992-1997, kemudian Direktur PENS ITS selama dua periode dari tahun 1997-2003.

Dalam organisasi profesi, suami dari drg LAILY RACHMAWATI, Sp.Perio ini, tercatat sebagai anggota Institute of Electrical and Electronic Engineering, juga sebagai Technical Committee Member pada kegiatan-kegiatan seminar ilmiah baik nasional maupun internasional.

Percikan pemikiran ayah satu orang putri (RACHMA RIZQINA MARDHOTILLAH, lahir di Montpellier, Perancis, 20 Desember 1989) ini bisa ditelusuri dalam berbagai pidato, ceramah dan juga buku yang berkait dengan bidang itu.

Simak misalnya buku yang pernah ditulisnya bersama beberapa dosen ITS dan kemudian diserahkan kepada Presiden SBY Desember 2004 dengan judul Strategi dan Arah Kebijakan Pemanfataan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang disingkat menjadi Indonesia SAKTI.

Dalam buku itu NUH menyampaikan pandangannya bahwa, kita sedang mengalami suatu revolusi teknologi baru yaitu revolusi teknologi informasi dan komunikasi, atau yang lebih populer dengan ICT (Information and Communication Technology).

”Setelah beberapa kali ikut mengalami dan merasakan revolusi teknologi, tentunya banyak yang sudah kita pelajari, sehingga diharapkan pada revolusi yang sekarang ini kita sebagai bangswa mempunyai kesempatan untuk menumpang kereta revolusi tersebut menuju ke kehidupan yang lebih baik,” katanya.

Dalam pandangan NUH, revolusi teknologi sebelumnya berbeda dengan revolusi ICT. Revolusi ICT mempunyai dampak yang lebih luas. Revolusi ICT, katanya, telah menyebabkan terjadinya revolusi teknologi secara menyeluruh, karena ICT telah menjadi suatu komponen utama bagi semua teknologi lain termasuk yang sepintas tampak tidak berhubungan seperti kedokteran, sipil/arsitek, geologi, permesinan, pertanian, yang perencanaan dan operasionalnya sangat bergantung pada ICT.

”Ikut didalamnya juga revolusi ekonomi, karena ICT telah menjadi komponen utama bagi kegiatan perekonomian dengan melahirkan cara baru dalam berdagang, berproduksi, bertransaksi sehingga muncul istilah new economy, internet economy, knowledge economy, e-economy, dan sejumlah nama lain yang menyiratkan munculnya model ekonomi baru yang digerakkan oleh eksistensi ICT dalam bisnis,” katanya.

Selain itu ikutannya adalah terjadinya revolusi sosial karena ICT telah menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola bermasyarakat, memungkinkan bekerja jarak jauh dengan waktu kerja bebas, belajar jarak jauh dengan waktu belajar bebas, memberikan ucapan selamat melalui sms, rapat melalui teleconference, hiburan sesuai permintaan, liburan virtual. Muncul pengertian information society, knowledge based society, e-lifestyle.

Di bidang hukum juga telah terjadi, revolusi hukum, karena ICT pada akhirnya memunculkan sisi hitam dalam kehidupan umat manusia, yaitu adanya segelintir orang yang memanfaatkan teknologi ini untuk kepentingan pribadi dengan merugikan pihak lain (cyber crime) sehingga memerlukan penanganan hukum tersendiri (cyber law).

Sementara di bidang informasi juga telah mengalami revolusi informasi, karena dengan ICT posisi informasi telah terangkat derajatnya dari suatu hasil samping kegiatan organisasi menjadi sumber daya (resource) utama organisasi yang sangat menentukan kemampuan bersaingnya. Dan dengan pengelolaan yang baik terhadap informasi telah mampu menghasilkan kekayaan pengetahuan (knowledge) yang sangat khas dan tak tergantikan bagi organisasi tersebut.

Oleh karena itu, kata NUH menjelaskan, tidak heran bila kali ini tidak lagi selalu disebut sebagai revolusi teknologi, tetapi seringkali juga diistilahkan sebagai revolusi informasi, revolusi produktivitas, revolusi pengetahuan, revolusi pembelajaran, revolusi inovasi, dan sederetan nama lain.

”Perbedaan semacam ini harus diikuti dengan cara menyikapi yang berbeda terhadap ICT. ICT tidak selayaknya dipandang sebagai suatu sektor terpisah dengan penanganan khusus yang terfokus pada definisi teknologinya. ICT juga adalah suatu penggerak (driver) dan penyangga (supporter) yang harus dipergunakan demi tumbuhnya sektor-sektor unggulan yang dimiliki suatu negara. Program terhadap ICT bagi suatu negara berkembang seperti Indonesia harus dinyatakan secara seimbang antara ICT sebagai suatu teknologi dan ICT sebagai driver-supporter kegiatan ekonomi-sosial-hukum-budaya,” katanya.

Dalam siaran pers Humas ITS yang diterima suarasurabaya.net, Minggu (06/05), NUH juga pernah mengungkapkan, ICT sebagai teknologi memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan banyak teknologi lain, diantaranya, ICT tidak selalu identik dengan modal finansial besar, tetapi modal kekayaan intelektual adalah lebih penting dan lebih dominan. Ini memberikan banyak kesempatan bagi negara berkembang untuk dapat menarik manfaat maksimal dari ICT karena penghalangnya rendah.

”Ciri lainnya, ICT memiliki daur hidup (life cycle) yang lebih pendek yang menyebabkan diperlukan waktu belajar lebih singkat, sehingga memungkinkan untuk dalam jangka pendek telah sampai pada tingkatan persaingan yang lebih tinggi asal diprogram dan dilaksanakan dengan baik yang memungkinkan terjadinya inovasi,” katanya.

Ke depan, katanya berdasarkan pengalaman di banyak negara berkembang yang telah berhasil mengeksploitasi ciri khas ICT dan membuat negara tersebut menjadi pemain ICT kelas dunia yang diperhitungkan dalam waktu relatif singkat, serta telah berhasil menjadikan ICT sebagai ekspor unggulan.

Bagikan
Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Rabu, 31 Desember 2025
28o
Kurs