Malware modern meminjam karakter-karakter jaringan sosial dan situs-situs kolaborasi yang terasosiasi dengan Web 2.0. Malware-malware saat ini, seperti trojan “Storm” merupakan malware yang kolaboratif, mampu beradaptasi, peer-to-peer dan cerdas.
Malware ini tidak terdeteksi, hidup di PC-PC enterprise atau rumahan selama berbulan-bulan, atau tahunan. Varian-varian Trojan dan malware baru akan semakin menjadi sasaran dan berumur pendek. Ini menjadikannya semakin sulit untuk dideteksi.
Perusahaan-perusahaan semakin berada dalam tekanan untuk memastikan keutuhan informasi penting mereka seperti nomor kartu kredit, informasi pendapatan perusahaan atau rencana-rencana produk baru. Pembuat-pembuat malware membangun jaringan peer-to-peer canggih yang dirancang untuk mengumpulkan data tersebut, dan juga di saat yang sama menjadi semakin sulit untuk dideteksi dan dihentikan.
Tim-tim keamanan TI perlu mengambil langkah untuk mengukur lalu lintas malware di jaringan mereka dan mengimplementasikan sebuah sistem keamanan lengkap yang memiliki teknik-teknik tingkat lanjut seperti deteksi ancaman berbasiskan jaringan dan kendali akses jaringan.
TONY SENO HARTONO Advanced Technology Director Cisco Systems Indonesia dalam siaran pers yang diterima suarasurabaya.net, Jumat (28/12), mengatakan, email merupakan aplikasi bisnis yang sangat penting. Banyak bisnis yang jatuh dan bangun hanya karena email.
Jika terjadi gangguan spam bahkan sampai yang berakibat kepada kerusakan keamanan jaringan, bisa dibayangkan harga yang harus dibayar perusahaan yang terkena spam tersebut. “Di sisi lainnya, kerusakan keamanan akibat spam bisa disebabkan oleh ketidaktahuan pengguna di dalam perusahaan,”kata TONY.
Perusahaan-perusahaan, menurut TONY, perlu semakin menyadari selain mengandalkan aplikasi-aplikasi keamanan, mereka juga perlu mengimplementasikan kebijakan-kebijakan keamanan di dalam perusahaan, untuk mencegah terjadinya kebobolan keamanan yang disebabkan kecerobohan atau ketidak sengajaan pengguna. (tin)
NOW ON AIR SSFM 100
