Selasa, 18 November 2025

Mahasiswa Ciptakan Alat untuk Memonitor Pasien Pasca Gagal Jantung

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Tim peneliti menunjukkan alat terhubung elektronik yang dilekatkan pada T-shirt yang fungsinya bisa memonitor pasien pasca gagal jantung. Foto: Unair

Mahasiswa prodi Teknik Biomedis Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga membuat inovasi prototype yang diberi nama WEALTH (Wearable Elekctrocardiograph TShirt). Temuan Ahmad Nurianto, Difa Fanani Ismayanto dan Ahmad Alif Robit Alhazmi ini diharapkan bisa menurunkan angka gagal jantung di Indonesia.

Ahmad Nurianto, ketua tim dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) ini, mengatakan, alat ini mampu melakukan monitoring pasien pasca gagal jantung secara wireless dan terintegrasi dengan internet, sehingga mampu diakses oleh tenaga medis secara real time, di mana dan kapan saja.

Selain itu dalam inovasi alat ini juga dilengkapi penyadap sinyal fabric electrode, berupa elektroda yang diletakkan pada T-shirt dari prototipe yang membuat pasien bisa nyaman dalam beraktivitas, seperti berolahraga.

“Sehingga kondisi jantung pasien pasca gagal jantung dapat lebih baik, harapakan kami dapat menekan tingginya angka kematian akibat penyakit gagal jantung di Indonesia,” tandas Ahmad Nurianto.

Di bawah bimbingan Akif Rahmatillah ST., MT., dosen FST Unair, keberhasilan membuat prototype ini berhasil memperoleh dana hibah penelitian dari Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2018.

Diterangkan oleh Ahmad Nurianto, Heart Failure atau gagal jantung merupakan suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah untuk dialirkan guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat.

Pasien pasca gagal jantung, atau pasien yang sudah pernah mengalami gagal jantung, perlu melakukan olahraga yang teratur berupa latihan fisik. Daya kerja otot-otot jantung yang mengerut akibat mengalami gagal jantung dapat diperbaiki kembali saat pasien melakukan aktifitas fisik.

Namun karena jarak serta kondisi penderita yang tidak bisa melakukan pengecekan langsung ke rumah sakit, maupun bertemu dokter secara langsung pasca berolahraga, membuat dokter sulit untuk melakukan monitoring kondisi pasien.

Selain itu alat yang digunakan monitoring kondisi jantung (elektrokardiograf) memiliki beberapa kekurangan, antara lain harga yang mahal, dimensi besar, dan gel elektroda yang membuat beberapa individu merasa tidak nyaman dan dapat membuat alergi pada kulit.

“Tim kami berharap dari alat ini nanti akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya oleh tenaga medis serta pasien pasca gagal jantung sebagai upaya untuk menekan angka kematian akibat gagal jantung. Kedepanjuga akan kami publikasikan pada jurnal internasional yang terindeks Scopus,” ujar Ahmad Nurianto. (iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Selasa, 18 November 2025
32o
Kurs