
Aktivis peduli peninggalan sejarah dan budaya yang tergabung dalam LSM MPPMt (Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur) Kabupaten Lumajang yang melakukan upaya pelacakan benda-benda peninggalan purbakala dan sejarah yang selama ini berserakan.
Hasilnya, diketahui 300 koleksi benda sejarah Lumajang tersimpan di Museum Mpu Tantular.
Masyur Hidayat Koordinator Aktivis LSM MPPMt Kabupaten Lumajang mengatakan bahwa keterangan 300 koleksi benda peninggalan purbakala bisa jadi penerang sejarah Lumajang di masa lalu.
Ratusan koleksi tersebut diantaranya berupa etnografi, pakaian adat, jaran kencak dan sejarah. Koleksi tersebut, termasuk 19 item Prasasti Pasrujambe yang selama ini tengah dilacak karena memiliki nilai historis yang sangat penting untuk penelitian sejarah Lumajang masa lalu.
“19 Prasasti Pasrujambe dipajang di lantai II Museum Mpu Tantular. Prasasti itu diterima dari Proyek Museum dan Purbakala atau Muskala. Dari berita acara yang diterangkan pengelola Museum, terdapat 15 prasasti yang diterima Tahun 1994 dan 4 prasasti lagi diterima Tahun 1995. Secara administrasi dan fisik ada,” paparnya.
Namun, sesuai data serah terima tersebut, ada beberapa yang tidak sinkron dengan data laporan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Tahun 1990.
Dimana, prasasti tersebut disimpan di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang maupun di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan.
“Dan, dari data serah terima Prasasti disebutkan, prasasti tersebut berasal dari perorangan bukan dari lembaga, baik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan maupun BPCB.
Mansyur Hidayat dan aktivis LSM MPPMt lainnya juga menyayangkan, pengelola Museum Mpu Tantular tidak mendata secara persis jumlah keseluruhan, jenis item dan kondisi dari koleksi benda-benda bersejarah.
“Alasannya, pegawai Museum minim hanya 31 orang. Namun, Sri Edy Tjahjo Kuncoro selaku Kasi Koleksi Museum menjanjikan 6 bulan untuk melakukan pendataan administrasinya,” jelasnya. (her/ain)
Teks Foto :
– Aktivis LSM MPPMt (Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur) saat berdialog dengan pengelola Museum Mpu Tantular Surabaya.
Foto : Istimewa