
Warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Cadipuro yang berada di lereng Gunung Semeru, Sabtu (1/11/2014), menggelar arak-arakan dalam bentuk karnaval mengelilingi rute jalanan di Desanya. Kegiatan ini sengaja di selenggarakan sebagai penutup rangkaian akhir tradisi suroan atau memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram.
Karnaval ini tak hanya menjadi daya tarik warga sekitar melainkan juga tontonan para wisatawan dari luar kota. Apalagi prosesi arak-arakan berakhir di areal obyek ekowisata Hutan Bambu. Iring-iringan peserta karnaval dengan berbagai dandanan dan lakon, memenuhi sepanjang jalanan Desa.
Heri Gunawan yang akrab di sapa Ginsong, Ketua KPSA Kalijambe selaku pengelola Hutan Bambu yang merupakan sesepuh masyarkat di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro kepada Sentral FM mengatakan, kegiatan karnaval ini merupakan kegiaran penutup dari seluruh rangkaian peringatan Syuroan atau Tahun Baru Islam 1 Muharram di Desanya.
“Kegiatan ini rutin kita gelar setiap tahunnya. Harapannya, melalui rangkaian kegiatan ini, Desa kami yang saat ini didapuk menjadi salah-satu Desa wisata di Kabupaten Lumajang, bisa menarik perhatian wisatawan dari luar daerah. Bahwa, setiaptahunnya ada kegiatan yang digelar dengan latar belakang kearifan budaya lokal atau local wisdom masyarakat,” katanya.
Sebelum kegiatan karnaval ini, warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro menggelar kegiatan Maheso Suroan di Hutan Bambu yang filosofinya adalah, masyarakat berdoa bersama-sama kepada Allah SWT agar diberikan limpahan rahmat, berkah berupa hasil pertanian yang melimpah.
“Selain itu, dijauhkan dari mara bahaya dan bencana. Kami berdoa dengan dipimpin seorang Kyai yang menjadi Tokoh Agama di Desa kami,” ujarnya. Dalam kegiatan ini disiapkan 10 Gunungan, diantaranya kepala sapi sesuai keyakinan leluhur adalah hewan yang dipelihara manusia, sapi atau kerbau yang kencingnya melimpah ruah.
“Sehingga, kepala sapi dipilih untuk ditanam di rerimbunan tanaman bambu dengan harapan sumber mata air tetap melimpah ruah,” ungkapnya. Gunungan tumpeng nasi kuning merupakan perlambang keemasan dengan harapan bisa membawa masyarakat menuju jaman keemasan.
Selain itu, Gunungan Polo Pendem merupakan hasil bumi terpendam di tanah dan Polo Gumantung sebagai perlambang hasil bumi yang tergantung di atas tanaman, menjadi wujud rasa syukur terhadap hasil pertanian yang melimpah serta wujud rasa syukur kepada Allah SWT karena telah dijauhkan dari hama dan penyakit yang merusak tanaman.
Dalam kegiatan ini, juga dilakukan Barikan, dimana warga masyarakat membawa makanan yang dikumpulkan di Hutan Bambu. Setelah prosesi penanaman kepala sapi, maka masyarakat akan menyantap makanan bersama-sama.
“Kegiatan Barikan juga dilanjutkan di Dusun Umbulsari dan Dusun Umbulrejo. Warga berdoa di setiap sudut-sudut Kampung dan Gang dipimpin Tokoh Agama. Dan hari ini sebagai penutup, digelar Karnaval dengan rute sepanjang jalan Desa Sumbermujur menuju Hutan Bambu,” kata Heri. (her/fik)
Teks Foto :
– Arak-arakan karnaval yang digelar warga lereng Gunung Semeru memperingati tradisi Syuroan.
Foto : Sentral FM.