
Lumajang juga masih menyimpan komoditi buah unggulan lainnya yang segera diajukan untuk mendapatkan sertifikasi Global GAP (Good Agriculture Product). Komoditi ini adalah buah Alpukat yang saat ini tengah digenjot pengembangannya di lahan seluas 600 hektar.
Ir Paiman Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Rabu (19/8/2015) mengatakan, pengembangan buah alpukat ini dilakukan di wilayah Kecamatan Ranuyoso, Klakah dan Randuagung.” Konsentrasi pengembangannya berada di wilayah Kecamatan Ranuyoso, yang saat ini sudah membudidayakan 2 varietas ungulan buah alpukat asli Lumajang,” katanya.
Kedua varietas buah alpukat ini, menurut Paiman, merupakan hasil pengembangan Balai Penelitian Tanaman Pangan yang akhirnya berhasil menemukan dan melakukan perbanyakan terhadap dua jenis alpukat asli Lumajang.” Kedua varietas alpukat ini, berbeda dengan alpukat yang ada di daerah lain,” paparnya.
Menilik dari tampilannya, alpukat asli Lumajang memiliki ukuran yang lebih besar dengan daging yang tebal.” Varietas alpukat ini termasuk kategori super. Tahap perbanyakan sudah kami lakukan sejak beberapa tahun terakhir dan saat ini petani kita pacu ke tahapan sustainable untuk memenuhi permintaan pasar. Karena itu yang terpenting jika komoditi ini berupaya untuk bersaing di pasaran,” terangnya.
Pasalnya, lanjut Paiman, sejauh ini buah alpukat haisl pengembangan ini telah merambah pasar regional Jawa Timur. Dari pantauan, alpukat asli Lumajang sejauh ini sudah banyak dipasarkan di daerah lain, seperti di Probolinggo.
Di sana, pedagang buah yang banyak membuka lapak dagangan di jalur Probolinggo-Pasuruan ke arah Tongas, sudah banyak yang menjual buah alpukat Lumajang.” Alpukat Lumajang memang sudah banyak yang dipasarkan di Probolinggo, meski buahnya sendiri belum kami berikan nama. Pedagang dan pembeli hanya tahunya alpukat dari Lumajang,” tuturnya.
Menilik fakta itu, Distan Kabupaten Lumajang tidak terburu-buru untuk memberikan nama terhadap kedua varietas alpukat ini. Meski, setelah dikoordinasikan dengan Kementerian Pertanian RI, pemberian nama terhadap kedua varietas alpukat ini diserahkan kepada Lumajang sendiri.
“Asalkan, namanya memiliki makna yang penting. Tapi untuk persoalan nama, itu nanti saja dan kita tidak perlu terburu-buru. Yang terpenting saat ini adalah, bagaimana petani alpukat di Lumajang ini siap untuk menangkap peluang pasar dan bisa memenuhi permintaan pasar yang pastinya akan terus meningkat,” beber Paiman.
Selain itu, Distan Kabupaten Lumajang juga tengah berupaya mengajukan varietas alpukat unggulan ini untuk mendapatkan sertifikasi internasional melalui Global GAP. Hal ni menyusul tiga jenis buah lain yang sudah bersaing di pasar ekspor.
“Tujuan pengajuan sertifikasi internasional ini, agar petani alpukat nantinya mampu bersaing di pasaran ekspor dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN),” urainya.
Dalam kesempatan yang sama, Paiman juga menyampaikan bahwa kondisi yang sama juga diberlakukan terhadap komoditi buah jeruk yang saat ini mulai dikembangkan lagi di berbagai wilayah Kecamatan. Terdapat 1.000 hektar lahan budidaya jeruk yang tengah dipacu pengembangannya oleh para petani.
Untuk petani jeruk, Distan Kabupaten Lumajang telah membentuk Asosiasi Petani Jeruk Lumajang yang diberi nama Si Petruk. Petani yang masuk anggota Si Petruk tengah mengembangkan perbanyakan bibit tanaman jeruk dengan kerjasama Balai Penelitian Tanaman Pangan (BPTP).
“Harapannya, bisa dikembangkan varietas jeruk asli Lumajang untuk menggantikan tanaman yang saat ini bibitnya masih dibeli dari Malang,” pungkas Paiman. (her/dwi)
Teks Foto :
– Buah alpukat yang dikembangkan segera diajukan untuk mendapatkan sertifikasi internasional Global GAP.
Foto : Dok.