Rabu, 10 September 2025

Dari Kota Lama Hingga Rawon, Konjen AS Ceritakan Kecintaannya pada Surabaya

Laporan oleh M. Hamim Arifin
Bagikan
Christopher R. Green, Konsul Jenderal (Konjen) Amerika Serikat di Surabaya saat berkunjung ke Suara Surabaya, Rabu (11/9/2025). Foto: Dimas Tri Agung Mg Suarasurabaya.net

Christopher R. Green Konsul Jenderal (Konjen) Amerika Serikat di Surabaya memperingati satu tahun masa tugasnya di Kota Pahlawan dengan penuh kesan dan cerita menarik.

Dia mengungkapkan betapa mendalam hubungannya dengan Kota Surabaya, warganya, dan Indonesia bagian timur secara keseluruhan saat mengudara bersama Radio Suara Surabaya, Rabu (10/9/2025) sore.

“Saya akhir-akhir ini merayakan satu tahun di Surabaya sebagai Konjen Amerika dan harus saya katakan luar biasa keren di Surabaya, Jawa Timur. Sudah lama merasa seperti kampung halaman kedua, rumah kedua” ujarnya.

Christopher yang sering dipanggil Cak Chris mengungkapkan, dirinya dan sang istri sangat menikmati tinggal di Surabaya.

“Saya menikmati kesempatan bertemu bersama pejabat pemerintah, tokoh ormas, tokoh agama, perwakilan dari universitas, dari LSM, dan lain-lain, termasuk teman-teman di bidang media. Dan, untuk saya kehormatan luar biasa bisa mewakili pemerintah dan masyarakat Amerika Serikat di sini,” katanya.

Cak Chris melanjutkan, istrinya suka tinggal di Surabaya. Tidak hanya soal makanannya yang terkenal, tapi juga keramahan serta kebaikan orang Surabaya.

Saat ditanya tentang tempat favoritnya di Surabaya, dia menjawab dengan penuh antusias.

“Itu pertanyaan sulit. Kalau jujur, saya sering sekali suka mengunjungi pusat kota, Kota Lama, karena saya pencinta arsitektur. Di sana ada arsitektur dari zaman Belanda dan sesudahnya, dan tempat bersejarah,” katanya.

Dia juga senang saat menyapa orang luar kota yang ditemui di Kota Lama. Sesekali dia ngobrol bersama orang-orang luar kota itu, untuk mengetahui kesan tentang Surabaya.

Christopher menambahkan, meski tinggal di Surabaya Barat, bagian kota yang baru, hatinya tetap lebih dekat dengan suasana kota yang ramai.

“Saya anak kota, karena dibesarkan di kota, jadi lebih suka di tengah kota walaupun agak ramai banyak orang. Ada banyak ‘pip pip pip’ (suara klakson) dari motor dan mobil,” ujarnya.

Dalam sesi bincang-bincang didampingi Eddy Prastyo Pemimpin Redaksi Suara Surabaya Media, Cak Chris juga menyoroti hubungan hangat dengan media.

“Sudah satu tahun kami berkenalan dan itu hubungan yang saya hargai. Karena di luar pertemuan bisa dikatakan resmi, kami sering berkomunikasi di WhatsApp tentang keadaan di dunia, kejadian di dunia politik, dan lain-lain. Dan analisis Pak Eddy selalu menarik, unik, inovatif. Itu hubungan yang saya hargai,” tuturnya.

Christopher R. Green Konsul Jenderal (Konjen) Amerika Serikat di Surabaya (kanan) bersama Eddy Prastyo Pemimpin Redaksi Suara Surabaya Media. Foto: Dimas Tri Agung Mg Suarasurabaya.net

Soal kebijakan yang berdampak bagi masyarakat Indonesia maupun warga Surabaya, Cak Chris menyebut topik percakapannya sangat beragam.

“Bermacam-macam ya, terkait dengan kejadian di Indonesia maupun di luar, karena kami kedua-duanya tertarik dengan perkembangan politik, ekonomi, perubahan sosial atau gerakan sosial yang menarik yang berdampak pada politik atau ekonomi juga. Jadi itu percakapan yang tidak terbatas,” kata dia.

Lebih lanjut, dia juga menjelaskan peran diplomatik yang dijalankan dari Surabaya, termasuk menganalisis dan menerjemahkan perubahan situasi di Indonesia untuk Washington, dan sebaliknya.

Tentang Tahun Keduanya di Surabaya
Tahun ini, menurutnya, menjadi masa yang menarik karena adanya perubahan pemerintahan di Indonesia dan di Amerika Serikat.

Selain itu, dia juga menjelaskan tentang FOE (Friends of Education). Suara Surabaya Media diketahui memiliki kerja sama dengan FOE, sebuah program siaran bersama setiap hari Sabtu.

“FOE itu didirikan kalau saya tidak salah pada tahun 50an, sudah lama sekali. Dan pemerintahan Presiden Trump memutuskan untuk mengubah behaviour Pemerintah Amerika di luar negeri. Ada beberapa keputusan yang berdampak pada Indonesia, termasuk FOE Indonesia. Tetapi itu, walaupun bentuknya sedikit berbeda, itu juga biasa sekali waktu ada perubahan pemerintahan,” jelasnya terkait FOE.

Meski belum punya prediksi spesifik di tahun keduanya bertugas, Cak Chris menyatakan harapan untuk memperluas jangkauan diplomatik ke berbagai wilayah yang belum sempat dikunjungi.

“Karena walaupun Konjen Amerika terletak di Surabaya, saya juga memimpin hubungan resmi dengan pemerintah di seluruh Indonesia bagian timur. Masih ada beberapa provinsi yang belum saya kunjungi, contohnya Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan lain-lainnya. Saya merencanakan kunjungan resmi ke sana. Selain itu, masih banyak tempat di Jawa Timur yang belum saya kunjungi juga. Jadi secara resmi ada beberapa kabupaten yang belum saya kunjungi seperti Pacitan, Banyuwangi. Saya pernah ke Banyuwangi tapi bukan sebagai Konjen,” ungkapnya.

Di luar kegiatan resmi, Cak Chris juga dikenal sebagai sosok yang gemar berpetualang.

“Saya seorang yang suka sekali naik gunung, masih ada beberapa gunung di Jawa Timur yang belum saya daki. Saya juga suka sekali touring motor. Ada beberapa rencana petualangan pribadi,” tuturnya.

Dia selalu melakukan touring seorang diri, karena istrinya tidak mau diajak berpergian jauh naik sepeda motor.

“Iya, sendiri. Kapan saja saya touring, saya ditanya oleh orang sana, ‘Oh sendirian? Betul sendirian? Kok sendirian? Mana istrinya?’ Istri di rumah, dia enggak mau. Kalau naik motor di kota aja enggak apa-apa, tapi kalau jauh dia kurang nyaman,” katanya.

Selain itu, dia juga gemar mengunjungi Pacet saat weekend menggunakan motor dan melakukan hiking. Cak Chris menambahkan, istrinya akan ikut bersamanya jika melakukan hiking.

“Kalau pulang touring, saya suka beli nasi jagung, apel,” tambahnya sambil tertawa.

Salah satu momen paling membekas adalah saat menerima kunjungan Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur di rumah dinasnya.

“Saya ada kehormatan untuk menjadi tuan rumah Ibu Gubernur Khofifah. Datang ke rumah dinas saya di Surabaya untuk makan malam bersama, dan kami ngobrol tentang banyak hal, termasuk makanan. Saya katakan bahwa rawon itu favorit saya. Hari esoknya, beliau mengirim bumbu rawon banyak,” tutupnya.(dis/ham/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Rabu, 10 September 2025
29o
Kurs