Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah memastikan awal Puasa Ramadhan tahun ini akan jatuh pada hari Kamis, tanggal 18 Juni 2015 atau 1 Ramadhan 1436 Hijriyah. Ketetapan ini merupakan hasil hisab hakiki wujudul hilal (dengan menghitung menggunakan metode tertentu) yang telah dilakukan organisasi tersebut.
“Hasil hisab hakiki telah menetapkan awal 1 Ramadhan 1436 Hijriyah sehingga seluruh umat Muhammadiyah di Indonesia termasuk Jawa Timur akan melaksanakannya sesuai keputusan Pengurus Pusat,” kata Prof Thohir Luth, Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Selasa (5/5/2015).
Sementara itu, terkait peluang adanya perbedaan dalam penetapan awal puasa dan lebaran, Thohir berharap seluruh umat bisa menghargai jika memang ada perbedaan.
Menurut dia, menghargai perbedaan sangat penting karena selama ini memang ada dua metode untuk menetapkan awal bulan yaitu dengan hisab serta rukyatul hilal atau metode yang biasanya digunakan oleh Nahdlatul Ulama. “Baik hisab maupun rukyah semua tujuannya baik jadi harus dihargai,” kata dia.
Terpisah, Sholeh Hayat, Ketua Tim Rukyatul Hilal PWNU Jawa Timur mengatakan penetapan awal puasa dan lebaran masih akan menunggu hasil rukyatul hilal yang akan dilakukan sehari sebelum berakhirnya bulan.
Rukyatul hilal sendiri adalah metode dengan melihat langsung penampakan anak bulan sesaat ketika matahari terbenam. Jika anak bulan terlihat, maka keesokan harinya akan masuk awal puasa atau lebaran.
“Kita sudah bentuk tim yang akan melihat secara langsung penampakan hilal (anak bulan),” kata dia. Rukyatul hilal sendiri akan digelar pada 16 juni 2015 di beberapa titik di Jawa Timur.
Selama ini, kata Sholeh, selain menggunakan metode Rukyatul Hilal, NU juga sama dengan menggunakan Muhammadiyah yaitu menggunakan metode hisab.
Dari hisab yang dilakukan PWNU, posisi hilal pada tanggal 16 Juni akan berada di bawah ufuk. Bahkan Ijtimak terjadi pukul 21.00 WIB.
“Artinya, hilal sangat kecil sekali sehingga sangat mustahil untuk dilihat, sehingga kemungkinan bulan Sakban akan digenapkan dan awal puasa pada 18 Juni sama dengan Muhammadiyah,” ujarnya.
Meski demikian, NU tak seperti Muhammadiyah yang hanya berpatokan dengan hisab, melainkan tetap akan melakukan rukyatul hilal atau melihat penampakan hilal secara langsung untuk memastikan awal puasa dan lebaran. (fik/ipg)