Senin, 5 Mei 2025

CHRISYE, Sang Legenda Musik Itu Kini Tiada

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan

CHRISMANSYAH RAHADI yang populer dengan panggilan CHRISYE meninggal dunia Jumat (30/03) pagi pukul 04.00 WIB di kediaman Jalan Asem II nomor 80 Cipete Jakarta Selatan.

Dunia musik Tanah Air, yang sangat menghormati pria yang terlahir 16 September 1949 silam, berduka.

Buah cinta pasangan bahagia LAURENS dan HANNA RAHADI itu adalah sedikit dari musisi legendaris Indonesia yang memiliki dedikasi sangat tinggi terhadap perkembangan musik Tanah Air.

CHRISYE berpulang, bukan hanya “mewariskan” 28 album kepada dunia musik Indonesia, tapi juga semangat berkarya hingga tapal batas kematiannya.

“Saya kehilangan seorang teman, guru, saudara yang sangat baik terhadap semua orang. Dunia musik Indonesia kehilangan seorang legenda yang sangat profesional, yang sangat menghargai jerih payah semua orang yang dekat dengannya,” kata EMIL Manager pribadi CHRISYE, kepada Antara, Jumat (30/03).

CHRISYE menjulang bukan hanya karena suara emasnya, tapi karena ia mampu menjadi simbol “kerja keras” bagi kolega pemusik Indonesia.

Soal kegigihan CHRISYE, penulis novel yang juga jurnalis, ALBRTHIENE ENDAH mengaku sampai terlarut dalam emosi, ketika dia menjalani proses wawancara dengan penyanyi kawakan itu untuk penerbitan buku sang musisi.

“Buat saya, inilah proyek penulisan yang membuat saya larut dalam emosi narasumber utama,” ungkap ENDAH dalam peluncuran buku “CHRISYE, Sebuah Memoar Musikal” di Jakarta baru-baru ini.

Ekspresi yang ditunjukkan CHRISYE dalam setiap kali bercerita tentang hidup dan karir bermusiknya, membuat ENDAH belajar banyak dari pria yang selama dua tahun berjuang melawan kanker ganas.

“Ia boleh saja sakit, tapi kecintaannya pada musik membuatnya bangkit dan tetap bersemangat menjalani hidup,” ungkap ENDAH dengan mata berkaca-kaca.

CHRISYE oleh LAURENS memang selalu diajarkan untuk bekerja keras, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri. CHRISYE kecil selalu mencuci pakaian, menyemir sepatu, dan membereskan tempat tidur sendiri. Buah kerja kerasnya lah yang membuat CHRISYE menjulang lewat aluanan suaranya yang melenakan dan membuai telinga penikmat musik di Tanah Air.

Sewaktu sekolah di SD Giki di Gondangdia, CHRISYE kecil menerima hadiah gitar dari orangtuanya. Ini adalah saat pertama CHRISYE mengenal dan memiliki alat musik. Kelak gitar inilah yang membimbing nasibnya menjadi musisi termashyur di Tanah Air.

CHRISYE belajar gitar secara otodidak. Semasa SMP CHRISYE membentuk grup band dengan teman-temannya dan menyanyikan lagu-lagu barat, terutama The Beatles, grup musik yang sedang jadi favorit saat itu. Mereka juga sering bermain di berbagai acara di sekolah-sekolah.

Selepas SMA dan melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik UKI, CHRISYE bergabung dalam band Sabda Nada dan ikut berkeliling memenuhi undangan main ke berbagai tempat hingga luar kota Jakarta.

Tahun 1973 merupakan momen tak terlupakan bagi CHRISYE, ketika mereka mendapat tawaran untuk main sebagai “homeband” di sebuah restoran Ramayana di New York. Inilah titik balik dimana CHRISYE harus menentukan pilihan, apakah ikut berangkat bersama grupnya atau tetap tinggal untuk meneruskan kuliahnya.

CHRISYE berdoa dan berketetapan hati pergi ke New York dengan restu ayah bunda. Saat itu CHRISYE merasakan kearifan kedua orangtuanya, yang sebenarnya menghendaki CHRISYE menyelesaikan kuliah.

Hal ini dirasakannya sebagai pelajaran berharga sehingga sampai sekarang CHRISYE tidak mau memaksakan kehendak terhadap anak-anaknya atas pilihan mereka.

CHRISYE mulai serius bermusik ketika bergabung dalam Band Sabda Nada pada 1968. Band yang berdiri pada 1966, tidak panjang. Grup ini bermetamorfosis menjadi Gipsy pada tahun 1969.

Bersama Gipsy, CHRISYE berkolaborasi dengan GURUH SOEKARNO PUTRA, dan membuat sebuah album rock yang luar biasa, Guruh Gipsy. Lewat album tersebut, mereka memadukan unsur-unsur tradisional gamelan Bali dan instrumen konvensional.

Selepas mengerjakan album tersebut, CHRISYE memutuskan untuk bersolo karier dan menghasilkan album-album rekaman dengan materi yang ditulisnya sendiri maupun oleh teman-teman dekatnya.

Tahun 1977, CHRISYE mempopulerkan tembang “Lilin-Lilin Kecil” karya JAMES F SUNDAH, yang memenangi Lomba Karya Cipta Lagu Remaja Prambors (LCLR). Lagu ini sempat menjadi hit kembali, ketika direkam ulang oleh CHRISYE pada tahun 1992.

Berjalan dengan warna pop slow, karier CHRISYE sebagai penyanyi semakin berkibar di blantika musik Indonesia. Album Badai Pasti Berlalu, Sabda Alam dan hampir semua album yang dikeluarkannya digemari dan berhasil publik musik Tanah Air.

CHRISYE semakin termasyhur lewat lagu Aku Cinta Dia, Hip Hip Hura, Nona Lisa, dan Pergilah Kasih. Tahun 1995, CHRISYE memperoleh BASF Legend Award atas pengabdiannya terhadap musik Indonesia selama ini. Pada tahun 2002, ia meluncurkan album Dekade di mana dia menyanyikan kembali sejumlah lagu lama.

CHRISYE tak pernah lelah berkarya. Di saat teman-teman bermusiknya luruh dalam gegap gempita blantika musik Indonesia, pamor CHRISYE tetap bersinar. Bersama musisi muda, CHRISYE “bersenyawa”, dengan grup band Dewa, Ungu, dan Peterpan.

Kanker yang Menyiksa

Namun nasib berketetapan lain. Sejak 31 Juli 2005, CHRISYE harus dirawat di rumah sakit di Singapura karena mengidap kanker paru-paru. Awalnya dalam pemeriksaan di Jakarta, dia disebut terkena infeksi paru-paru, namun ternyata pemeriksaan lebih lanjut di Singapura memberikan hasil bahwa penyakit yang dideritanya adalah kanker.

Lantas CHRISYE harus menjalani pengobatan kemoterapi yang menyiksa, hingga badannya kurus kering dan sebagian rambutnya rontok. Namun CHRISYE tetaplah CHRISYE yang bersemangat, selepas menjalani pengobatan yang menghabiskan energinya, CHRISYE berusaha terus berkarya dan menghibur pecintanya.

Dengan tongkat di tangan, CHRISYE tampil dalam sebuah konser amal. Saat kondisinya semakin memburuk, CHRISYE bahkan masih sempat membuat proyek buku “Chrisye, Sebuah Memoar Musikal” bersama ALBERTINE ENDAH.

Penyakit kanker yang diidapnya sejak beberapa tahun terakhir membuatnya harus istirahat total di rumah, jauh dari hingar bingar konser dan tur yang dilakoninya lebih dari tiga dekade berkarya di jalur musik, hingga ajal menjemputnya.
Selamat jalan CHRISYE!

Bagikan
Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Mobil Terbakar Habis di KM 750 Tol Sidoarjo arah Waru

Kecelakaan Dua Truk di KM 751.400 Tol Sidoarjo arah Waru

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Surabaya
Senin, 5 Mei 2025
31o
Kurs