Pengungsi Ambil Bantuan Sendiri Pakai Rakit Pelepah Pisang

Medan yang berat dan keterbatasan perahu karet membuat para pengungsi berinisitif mengambil bantuan walau hanya dengan rakit pelepah pisang buatan sendiri.

Hal ini dikatakan PURWANTINI dari Satkorlak PMI Bojonegoro waktu dihubungi suarasurabaya.net, Senin (31/12). Selain itu hampir seminggu dilanda banjir, para pengungsi mulai mengeluh sakit. Antara lain pusing, panas dan mulas.

PMI saat ini belum memiliki posko pengobatan hanya posko dapur umum yang melayani 1.000 warga pengungsi. Jumlah pengungsi di PMI, kata PURWANTINI, kurang lebih 175 orang dengan tenaga sukarelawan sebanyak 50 orang. Saat ini ketinggian air pada pukul 09.15 WIB di sekitar Pos PMI 93 cm.

PURWANTINI mengatakan persediaan makanan dan obat-obatan mulai menipis. Bagi donatur yang ingin menyumbangkan bantuan bisa disalurkan ke PMI Jalan Trunojoyo Bojonegoro. Bantuan bisa disalurkan lewat terminal baru ke arah Jaksa Agung Suprapto dan berbelok ke kiri ke Jalan Trunojoyo. Jalur ini bisa dilalui mobil jenis kijang, hardtop, maupun truk karena ketinggian air yang tidak seberapa.

Saat ini PMI melayani pengungsi di SMA 1 Bojonegoro, Perhutani Unit, Masjid Agung Darusallam dan Aula Al-Taqwa yang mengambil sendiri bantuan dengan rakit. Demikian juga dengan pengungsi di Gedung Serba Guna yang berjumlah kurang lebih 300 orang. Menurut PURWANTI pengungsi tersebut sempat terisolir namun mereka kemudian berinisiatif mengambil bantuan logistik sendiri.

Dalam catatan PMI daerah Bojonegoro barat yaitu Tulung dan Trucuk merupakan daerah paling terisolir. Arus air yang sangat deras dan keterbatasan perahu membuat bantuan belum tersalur ke sana.

Para pengungsi kebanyakan mengambil sendiri bantuan dengan rakit pelepah pisang. Sementara jumlah perahu karet 2 buah milik PMI dan 4 buah milik Satkorlak. (bir/ipg)