Rabu, 22 Mei 2024

Cukrik, Makin Dilarang Makin Tertantang

Laporan oleh Teguh Ardi Srianto
Bagikan

Kebiasaan minum cukrik di kalangan menengah ke bawah sudah jadi sub kultur. Seperti teori kemiskinan Oscar Lewis, dalam beberapa hal mereka ingin meniru masyarakat atas dengan cara mereka sendiri.

Bagong Suyanto Pengamat Sosial dari Unair pada Suarasurabaya mengatakan, ketika diekspos minuman itu berbahaya justru mereka tertantang untuk mencoba. Kebiasaan itu merupakan bentuk perlawanan dari masyarakat miskin pada masyarakat kaya, yang sebenarnya juga minum-minuman keras.

“Kalau masyarakat kaya minumnya di tempat mewah seperti di bar, tapi kalau masyarakat miskin minumnya di warung-warung atau kedai. Ini hanya meniru gaya hidup orang kaya yang sebenarnya juga melakukan hal yang sama,” jelas Bagong.

Penelitian kasus yang sama juga sudah dilakukan di beberapa negara lain, termasuk di negara maju. Bagong mengatakan, masyarakat miskin punya cara sendiri, untuk melawan apa yang terjadi.

Ditambahkan Bagong, pendekatan legal dan normatif untuk mencegah minum cukrik tidak mudah untuk diterapkan, karena itu perlu ada intervensi dari masyarakat miskin juga dengan mengembangkan kegiatan alternatif yang tidak beresiko.

Sementara peran masyarakat lain dan aparat keamanan hanya sebagai pengawas tapi tidak bisa jadi solusi jangka panjang untuk mengatasi kebiasaan minum cukrik. “Di kelompok masyarakat miskin biasanya ada tokoh-tokohnya, lewat tokoh mereka ada kemungkinan upaya merubah kebiasaan itu bisa dilakukan, karena mereka lebih bisa diajak bicara,” jelas Bagong.

Pengamat Sosial dari Unair ini mengatakan, pendekatan hukum tidak bisa dengan mudah diterapkan pada masyarakat miskin, karena mereka akan menganggap musuh, kalau pendekatan hukum selalu dikenakan pada mereka. (tas/rst)

Foto : Ilustrasi

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya
Surabaya
Rabu, 22 Mei 2024
28o
Kurs