Untuk ukuran sebuah kota, Surabaya memang tak lagi muda, bahkan Sabtu (31/5/2014) Kota Surabaya telah memasuki usia yang ke-721 tahun. Lantas, di usianya yang sudah beranjak, akankan ekonomi juga turut merangkak.
suarasurabaya.net, yang berkesempatan mewawancarai Tri Rismaharini, Walikota Surabaya beberapa waktu lalu mendapati ada sebuah harapan bagi pertumbuhan kota ini. Setidaknya, ini bisa dilihat dari terus tumbuhnya perekonomian yang ada.
Berdasarkan data yang disodorkan walikota wanita pertama di Surabaya ini, pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya bahkan selalu berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur bahkan Nasional.
![]() |
sumber : Pemkot Surabaya
Di tahun 2008 misalnya, ketika pertumbuhan ekonomi Jawa Timur hanya 5,90 persen dan berada di bawah Nasional yang mencapai 6,10 persen, saat itu pertumbuhan ekonomi di Surabaya jauh melejit hingga 6,23 persen.
Pertumbuhan ekonomi ini sempat turun pada tahun 2009 yaitu hanya 5,53 persen, tapi saat itu turunnya pertumbuhan ekonomi karena faktor global. Bahkan saat itu, Jawa Timur pertumbuhan ekonominya juga hanya 5,01 persen dan Nasional malah hanya 4,63 persen atau tetap berada di bawah Surabaya.
Pada 2010, pertumbuhan ekonomi kembali melejit. Surabaya mencapai 7,09 persen, sedangkan Jawa Timur hanya 6,68 persen, dan Nasional 6,20 persen. Begitu juga pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Surabaya sebesar 7,56 persen, dan Jawa Timur hanya 7,22 persen, sementara Nasional 6,46 persen.
Begitu juga di tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Surabaya, lagi-lagi yang tertinggi karena mencapai 7,62 persen, melampaui Jawa Timur yang hanya 6,62 persen, dan Nasional 6,23 persen.
Data terakhir yaitu pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 triwulan ke-2, pertumbuhan ekonomi Surabaya bahkan telah mencapai 7,54 persen, ketika Jawa Timur hanya 6,97 persen, dan Nasional sebanyak 5,81 persen.
“Tapi kita tidak berbangga dengan angka-angka ini jika kenyataanya masih ada warga yang belum sepat terurus,” kata Tri Rismaharini. Karenanya, berbagai upaya juga terus dia lakukan untuk membantu mempercepat pengurangan kemiskinan dan pengangguran.
Salah satu upaya itu diantaranya adalah selektif memilih investor baru. Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan upaya dan membenahi investor lama agar tetap bisa hidup dan berkembang.
Selain itu, sektor UMKM juga terus ditingkatkan. “Biar masyarakat ikut menikmati pertumbuhan ekonomi ini,” ujarnya.
Dampak dari kebijakan ini, menunjukan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) juga terus menurun. Jika tahun 2009 IKM sebesar 8,39 persen, kemudian turun menjadi 8,06 persen, lantas 7,89 persen di tahun 2011 dan kembali turun pada tahun 2012 menjadi 7,31 persen.
Penurunan IKM ini setidaknya berbanding lurus dengan peningkatan Indeks Pembangunan manusia (IPM) yang mulai tahun 2006 terus meningkat. Tahun 2010 misalnya, IPM sebesar 77,28; kemudian pada tahun 2011 meningkat menjadi 77,87 persen; dan pada tahun 2012 sebesar 78,39 persen.
Dari sisi postur anggaran, Kota Surabaya juga terus mengalami peningkatan. Jika tahun 2012 hanya Rp5,1 triliun; maka di tahun 2013 meningkat menjadi Rp5,7 triliun; dan pada tahun 2014 ini menjadi Rp6,6 triliun.
Begitu juga PDRB juga terus meningkat dari Rp87 triliun pada tahun 2010; meningkat menjadi Rp94 triliun pada tahun 2011; dan pada tahun 2012 kembali meningkat menjadi Rp101 triliun. (fik/edy)