Dalam empat tahun belakangan, kontribusi pendapatan cukai rokok Jawa Timur pada nasional meningkat konsisten. Pada tahun 2010 sekitar Rp33,1 triliun, tahun 2011 senilai Rp39 triliun. Di tahun berikutnya, cukai rokok Jawa Timur naik jadi Rp43 triliun dan tahun 2013 lalu kembali naik jadi Rp51,3 triliun.
Kontribusi ini senilai separuh lebih dari pendapatan cukai rokok nasional. Jawa Timur sendiri mendapat bagian 2% kontribusi cukai rokok yang disumbangnya ke pemerintah pusat.
Soekarwo Gubernur Jawa Timur mengatakan soal cukai rokok inilah yang jadi satu alasan kenapa Jawa Timur punya kepentingan terhadap pertanian tembakau dan industri rokok. Namun demikian, dia mengakui perlu ada solusi yang bisa menjembatani perbedaan kepentingan itu.
“Untuk memecahkan masalah ini, tidak cukup hanya menghadirkan Menteri Kesehatan saja. Perlu kehadiran menteri-menteri lain, seperti Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Tenaga Kerja, dan Menteri Keuangan,” kata Gubernur.
Di lain sisi, pertanian tembakau dan industri rokok menyerap tenaga kerja dan proses produksi massal yang melibatkan jutaan orang. Data dari Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Timur, ada 1,5 juta petani yang terlibat proses tanam sampai panen tembakau. Mereka terdiri dari pemilik lahan dan buruh tani.
Kata Iteng Ahmad Surowi Ketua APTI Jawa Timur, jumlah itu belum termasuk keluarga petani. Jika mengikutsertakan mata rantai distribusinya saja, jumlahnya bertambah 100 ribu orang. Sedangkan lahan yang digunakan untuk tanam tembakau di Jawa Timur mencapai 130 ribu hektare dengan produksi pertahunnya mencapai sekitar 114 ribu ton.(edy)
NOW ON AIR SSFM 100
