Kemacetan di Surabaya dapat diatasi dengan beberapa cara, satu diantaranya dengan membatasi usia kendaraan.
Machsus Fauzi ST., MT, Dosen Transportasi Teknik Sipil FTSP ITS mengatakan, meski bisa menjadi cara, namun berapa tepatnya batasan usia kendaraannya ? itu yang bisa jadi perdebatan.
“Apakah yang mobil tua itu lebih jelek dari yang baru? belum tentu, Kalau dirawat dengan baik kan bisa jadi lebih bagus,” kata dia.
Selain itu, lanjut dia, juga perlu melihat kondisi sosial masyarakat. Misalnya di Surabaya, tidak semuanya mempunyai daya beli yang baik. Berbeda dengan di Jakarta yang daya beli masyarakatnya bagus mengingat perputaran uangnya juga cukup banyak.
“Salah satu teknisnya di lapangan agak susah. Fungsi kontrol di perizinan yang paling mudah dilakukan,” ujar dia.
Machsus menjelaskan, masalah transportasi tidak bisa dibatasi wilayah administratif. Kalau mau membatasi mobil yang dari luar Surabaya itu juga agak susah karena kita harus melakukan pengecekan di perbatasan.
“Saya lihat di Surabaya masih belum bisa dilakukan. Kalau mau ya secara bertahap. Alternatifnya kalau nanti masyarakat tidak bisa naik mobil yang sudah kadaluarsa akan berpindah kemana?” ungkap dia.
Awalnya, kata dia, monorel Suro trem harus disiapkan terlebih dahulu. Jika sudah mulai berjalan maka zonasi sepeda motor dan pembatasan mobil tua akan bisa dilakukan. Kalau tidak maka resistensi dari masyarakat akan sangat besar.
Pertumbuhan kendaraan di Surabaya, katanya, sudah sekitar 1,5 juta. Kalau seluruh kendaraan itu keluar di satu waktu sudah menghabiskan 85% space jalan untuk kendaraan.
“Maka pembatasan usia kendaraan ini perlu, hanya saja kalau instrumen pendukung seperti penyediaan transportasi massal belum siap, ya belum bisa,” tambah dia. (dwi/rst)
NOW ON AIR SSFM 100
