Kamis, 20 November 2025

Pemerintah Matangkan Pendirian Universitas Islam Skala Internasional

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Lukman Hakim Saifuddin Menteri Agama. Foto: Kemenag

Pemerintah bermaksud mendirikan Universitas Islam Internasional atau yang juga disebut Graduate University of Islamic Studies (GUIS) karena sebagai sebagai bangsa dengan umat Islam terbesar di dunia, sudah sewajarnya jika Indonesia mendirikannya.

Menurut laman kemenag.go.id yang dikutip Antara, Senin (2/11/2015), sejumlah pejabat berkumpul di rumah dinas Jusuf Kalla Wakil Presiden, Kamis (29/10/2015) untuk melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai rencana pendirian Universitas Islam Internasional (UII).

Hadir di dalam acara ini adalah Jusuf Kalla Wapres, Lukman Hakim Saifuddin Menteri Agama, Muhammad Nasir Menteri Ristekdikti, Yuddy Chrisnandi Menteri PAN-RB, Muhammad Fachir Wamenlu, Mohammad Oemar Seswapres, Nur Syam Sekjen Kemenag, Kamaruddin Amin Dirjen Pendis, dan Subandi Deputi SDM Bappenas.

Hadir juga sejumlah tokoh dan pakar lintas keahlian, misalnya Komaruddin Hidayat, Bachtiar Effendi, Marsudi Syuhud (NU), Imam Addaruquthni (Muhammadiyah), Quraisy Syihab, Alwi Syihab, Jimly Asshiddiqie, dan sejumlah intelektual Muslim lainnya.

Lukman Hakim Saifuddin Menteri Agama berkeinginan realisasi universitas tersebut lebih cepat. “Inginnya cepat, mudah-mudahan awal tahun depan sudah mulai terlihat sosoknya,” kata Menag.

Akan tetapi, ungkapnya, sejauh ini anggaran belum dibahas secara mendalam, yang jelas pemerintah ingin merefleksikan keindonesiaan, seperti bangunannnya tidak modern, harus bisa melambangkan keindonesiaanya, semisal bentuk bangunannya seperti rumah Minang, rumah adat Batak, Toraja, dan lain-lain, karena mimpi pemerintah universitas ini tidak hanya pusat keilmuaan, ke-Islaman, tapi pusat peradaban yang mencerminkan ke-Indonesiaan.

“Kita ingin menunjukkan kepada dunia, bagaimana Islam diterapkan (di Indonesia), yakni Islam yang moderat, rahmatan lil alamin, arif penuh kasih sayang. Kita harus merangkul, jangan memukul, kita harus mengajak, jangan mengejek. Kita harus ramah, jangan marah, para dai kita sering menyampaikan hal itu. Islam bisa duduk ditengah keragaman, bukan Islam yang merasa dirinya paling benar, memaksakan kehendak,” ucap Menag.

“Intinya kita ingin memberikan kepada dunia bahwa Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang penuh toleransi,” imbuh Menag.

Sementara, menurut Nur Syam Sekjen Kemenag, salah satu hal penting yang dibahas dalam pertemuan itu, bahwa Universitas Islam Internasional yang didesain untuk bisa menjadi ikon bagi pengembangan studi Islam, hanya akan mengembangan program strata dua dan tiga.

Perguruan tinggi ini, lanjut Nur Syam, diharapkan akan menghasilkan ahli-ahli riset tentang ilmu keislaman, yang mumpuni dan berwawasan kemajuan. “Lahirnya Graduate University of Islamic Studies (GUIS), bukan pada banyaknya alumni yang dihasilkan, akan tetapi pada kualitas alumni yang diproduksinya,” jelasnya.

Nur Syam yang juga mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya memandang bahwa pengembangan ilmu keislaman (Islamic Studies) di Indonesia sudah mengenal dua pola atau dua arah, yaitu: arah pengembangan studi Islam murni (pure Islamic studies) dan ilmu keislaman integrative (integrative Islamic studies).

Pola pertama dikembangkan melalui pendirian Ma`had Ali dengan berbagai variasi keilmuannya, lalu untuk mengembangkan integrasi ilmu melalui didirikannya berbagai UIN dengan varian program studinya.

“Keduanya merupakan bagian tidak terpisahkan di dalam kerangka pengembangan ilmu keislaman yang ke depan diharapkan akan lebih relevan dengan kebutuhan umat beragama di dunia internasional,” tegasnya.

Mencermati kedua arah pengembangan ilmu keislaman tersebut, Nur Syam berpandangan tentang pentingnya menjelaskan distingsi dan ekselensi dari GUIIS ini.

Ini penting agar alumni GUIS nantinya jangan sampai kualitasnya barada di bawah Ma`had Ali atau PTKIN. Salah satu distingsi yang harus diperkuat adalah riset dan bahasa. Dari distingsi ini diharapkan akan memunculkan ekselensi yang merupakan keunggulannya.

Mengutip pendapat Jusuf Kalla, Nur Syam menambahkan bahwa dunia internasional sekarang ini lebih tertarik pada Islam Indonesia. Mereka semua heran bagaimana Islam Indonesia bisa rukun dan damai. Sementara di Timur Tengah terjadi konflik belum jelas kapan selesainya.

Sejak perang Irak, kondisi timur tengah terus dilanda perang saudara hingga saat ini. Itulah sebabnya, Islam Indonesia harus tampil ke depan untuk memimpin dunia. Islam Indonesia adalah contoh terbaik tentang bagaimana Islam dapat menjadi lokomotif bagi tumbuh kembangnya demokrasi dan kemajuan.(ant/kemenag/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Kamis, 20 November 2025
25o
Kurs