Senin, 17 Juni 2024

Terus Mengancam, TB MDR Muncul Lagi

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Narasumber dari kiri: Dr. Soedarsono, Prof. Dr. Ni Made Mertaniasih, dr., MS., Sp.MK(K), Prof. Maria Inge Lusida, dr., M.Kes., Ph.D., Sp.MK(K), dan Prof. Dr. Kuntaman. Foto: Unair

Dua puluh tahun program pengendalian Tuberculosis (TB) digencarkan dan diimplementasikan, namun saat ini masih merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian nomor tiga di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia dengan prevalensi TB tinggi.

Di tingkat global, saat ini Indonesia berada di urutan 8 dari 27 negara dengan TB-MDR yang terbesar di dunia, dengan perkiraan pasien TB-MDR di Indoensia mencapai 6.900 kasus. Program pengobatan TB-MDR sudah diterapkan menyeluruh pada rumah sakit di Indonesia sejak tahun 2009.

“Puluhan tahun kita memberantasnya. Banyak juga yang sembuh dan berhasil. Tetapi kemudian kasus TB ini muncul lagi dan muncul dengan beragam kasus. Realita itulah yang mendorong Unair mengadakan seminar dan menghadirkan ahli-ahli TB dari berbagai negara pada 8-9 Agustus 2016 untuk mencari solusinya,” kata Dr. Soedarsono, dr., Sp.P(K), Pulmonologist RSUD Dr.Soetomo dalam siaran pers yang diterima suarasurabaya.net, Jumat (29/7/2016).

Seminar tersebut akan diselenggarakan di Aula FK Unair. Dirancang juga menghadirkan keynote speaker dr. H. Muhamad Subuh, MPPM., Dirjen P2P Kemenkes RI. Ahli dari luar negeri yang akan dihadirkan antara lain Prof. Toshiro Shirakawa MD., Ph.D (Kobe Iniversity), Prof. Keigo Shibayama MD, Ph.D (National Institute of Infectious Disease, Japan), Prof. Katsushi Tokunaga, PhD (Tokyo University), Prof. Dr. Mark A. Graber, MD, MSHCE, FACEP (Iowa University USA), Prof. Dr. Eric C.M van Gorp (Erasmus Medical Center, Rotterdam), dan Dr. Carmelia Basri, M.Epid (Senior Public Health Consultant).

Sementara itu kasus-kasus TB baru yang muncul antara lain penyakit penyerta (komorbit) HIV-AIDS, diabetes, dan kuman kebal obat yang disebut multi-drug resistance (TB MDR). Kasus demikian muncul karena dampak dari lamanya pengobatan TB hingga sampai enam bulan non-stop, muncul rasa bosan, jenuh, berganti dengan obat yang lain, atau kebiasaan obat diminum separo, sehingga penyakit tidak sembuh-sembuh dan bakteri penyebab TB yaitu mycobacterium tuberculosis complex menjadi kebal atau resisten terhadap obat. “Kasus-kasus demikian itu yang pengobatannya dengan mengolaborasikan hasil penelitian pakar-pakar dari luar negeri,” kata Dr. Soedarsono.

“Banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai penerapan program pengobatan TB-MDR di rumah sakit yang lamban, masalah diagnosis yang cepat, efek samping yang lebih banyak, komitmen dari berbagai pihak yang kurang memadai, membuat kasus penularan TB-MDR makin bertambah banyak, sehingga perlu adanya intervensi dengan mencari akar permasalahan sehingga kedepan program pengobatan TB MDR lebih berhasil,” tambahnya

Prof. Kuntaman Guru Besar ilmu Mukrobiologi Klinik FK UNAIR mengatakan, bahwa bakteri resisten yang menjadi perhatian dunia saat ini minimal ada tiga kelompok. Pertama, MRSA (Methicillin Resistant Staphycoccus aureus) yaitu resisten terhadap semua obat golongan penisilin dan turunannya. Pevalensinya tahun 2002 kurang dari 1 persen dan tahun 2015 telah meningkat menjadi 8 persen.

Kelompok yang kedua adalah bakteri penghasil ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) yang telah resisten terhadap antibiotika generasi baru dari penisilin dan turunannya, kecuali beberapa yang masih sensitif.
“Pada tahun 2006 baru mencapai 24 persen, tetapi tahun 2013 sudah mencapai 38 sampai 66 persen. Jadi saat ini 2016 mungkin sudah makin tinggi lagi,” kata Prof. Kuntaman.

Kelompok ketiga adalah CRE Carbapenem Resistance Enterobacteriaceae yang merupakan ancaman terbaru, dimana bakteri ini telah resisten terhadap antibiotika pamungkas yang dimiliki Indonesia maupun dunia pada umumnya.

“Bakteri ini sudah dideteksi di Indonesia, khususnya di Jakarta dan Surabaya. Dan Indonesia ini sangat luas, sehingga informasi terbaru bakteri resisten mungkin tidak merata. Inilah tanggung jawab kita untuk menyebarluaskan,” katanya.(iml/ipg)

Berita Terkait

..
Surabaya
Senin, 17 Juni 2024
30o
Kurs