Kamis, 2 Mei 2024

Harapan Ayah Bimo Petrus yang Tak Pupus Setelah 19 Tahun

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Dyonisius Utomo Rahardjo ayah Bimo Petrus yang masih berharap anaknya ditemukan saat hadir di Kantor KontraS Surabaha, Selasa (18/1/2017). Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Maret 2017 nanti, genap sudah 19 tahun, Dyonisius Utomo Rahardjo merawat harapannya. Dia adalah ayah kandung Bimo Petrus, aktivis mahasiswa yang hilang pada masa pergerakan reformasi 1998.

Hingga kini, Utomo masih terus berharap, pemerintah mengungkap dan menuntaskan kasus penghilangan paksa 13 aktivis 1998, termasuk putranya. Dia mengaku sudah ikhlas bila putra keduanya itu telah terbaring di liang lahat.

Petrus Bima Anugerah yang pernah berkuliah di Unair angkatan 1990 dinyatakan hilang pada pertengahan Maret 1998. Sejak saat itu, Utomo telah berupaya mencari anaknya bersama Ikatan Orang Hilang (IKOHI).

Dia bahkan sempat didapuk menjadi ketua IKOHI pada masa itu. Tapi sampai hari ini, Utomo dan keluarga belum menemukan titik terang keberadaan putranya.

Dalam perjalanan pencarian dan penantian yang panjang, Utomo mengaku sempat putus asa karena tertipu oleh harapan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Sudah banyak cara dia lakukan selain turut dalam kegiatan berbagai LSM di Jakarta. Misalnya, meminta bantuan kepada “orang pintar.” Untuk upaya terakhir, dia pernah tertipu.

Pernah dia didatangi orang yang mengaku tahu keberadaan Bimo, tapi meminta sejumlah uang untuk penjemputan. Awalnya dia tidak percaya, tapi harapan yang mendorongnya memenuhi permintaan orang itu.

“Kami sekeluarga saat itu antara percaya atau tidak. Tapi kami seolah pikirannya positif tok (saja),” katanya dalam jumpa pers terkait film Istirahatlah Kata-Kata di Kantor KontraS Surabaya, Selasa (18/1/2017).

Utomo mentransferkan uang sekitar Rp17 juta hasil menjual sawah kepada orang yang tidak bertanggung jawab tersebut. Saat itulah, dia merasakan keputusasaan.

“Manusiawi. Kami sekeluarga pernah drop. Ibunya Bimo yang mengingatkan saya, hingga selama 19 tahun ini, saya tidak pernah satu kalipun absen dalam semua undangan kegiatan,” ujarnya.

Yang membuat dirinya terus bertahan dan bersemangat dalam semua kegiatan berkaitan anaknya, karena dia meyakini apa yang dilakukan Bimo adalah tindakan yang mulia.

“Dia (Bimo) pernah sampaikan kepada bapaknya, berangkat dari Unair mendatangi pasar dan petani yang digusur tanahnya. Saya menilai tindakannya mulia. Karena itu saya restui dia berangkat ke Jakarta,” katanya.

Utomo Rahardjo, pria 71 tahun yang merupakan pensiunan RSJ Sumberporong Lawang itu kini hanya berharap, ada kejelasan tentang keberadaan anaknya.

“Kalau memang masih hidup sekarang di mana? Kalau memang sudah mati di mana makamnya? Soal siapa dalangnya, itu sudah tidak jadi persoalan, toh kami sudah tahu petanya,” ujarnya.

Melalui momentum penayangan film tentang perjalanan hidup Wiji Tukhul di bioskop-bioskop Indonesia, dia berharap masyarakat terus mengenang perjuangan putranya di era reformasi.

Selain itu, dia berharap pemerintah Jokowi mengungkap keberadaan putranya serta 12 aktivis lain yang belum ditemukan.

Perlu diketahui Wiji Tukhul merupakan rekan Bimo Petrus saat pergerakan 1998, yang juga menjadi korban penghilangan paksa dan belum ditemukan sampai hari ini.

Utomo pernah membaca puisi-puisi Wiji Tukhul dan menyimpulkan bahwa penyair itu sangat berani dan sangat cerdas.

Wiji Tukhul dikenang sebagai penyair era reformasi yang percaya bahwa kata-kata bisa menjadi sangat berpengaruh terutama dalam mengkritik pemerintah dan memperjuangkan kaum lemah.

Utomo mengaku masih mengingat jawaban Jokowi yang pernah dia temui semasa pencalonan presiden. Presiden Republik Indonesia saat itu berkata, “kalau hilang, ya dicari.”

Adapun fokus film Istirahatlah Kata-Kata hanya kepada sosok Wiji Tukhul sebagai manusia. Kondisi politik yang meliputi saat itu, hanya sesekali muncul lewat pembicaraan singkat atau siaran radio.

Film ini disebut-sebut sebagai hasil dari observasi karakter Wiji Tukhul sebagai sosok Wiji Tukhul yang hilang pada Mei 1998 sebelum Soeharto Presiden mengundurkan diri.(den/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
27o
Kurs