Selasa, 7 Mei 2024

Menpar juga Promosikan Tradisi Lebaran Barong Ider di Banyuwangi

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi pariwisata Banyuwangi - Wisatawan asing menari bersama penari Gandrung di Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (20/10/2016).

Arief Yahya Menteri Pariwisata (Menpar) Republik Indonesia mempromosikan tradisi lebaran Barong Ider di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Dia menganggap tradisi ini sangat potensial sebagai salah satu daya tarik wisata di Banyuwangi.

Melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, sebagaimana dikutip Antara, Rabu (28/6/2017), Arief Yahya Menpar mengatakan, ritual adat yang unik itu berlangsung setiap 2 Syawal atau hari kedua Idul Fitri setiap tahunnya.

Dia menyaksikan parade Barong Ider Bumi di Desa Wisata Kemiren, Banyuwangi, sekaligus melepas burung merpati sebagai simbolisasi kesetiaan tiada akhir pada hari kedua lebaran kemarin. Arief juga turut melempar koin receh sebagai tanda kemakmuran dan kesejahteraan, sebelum turut parade Barong menaiki kuda.

MY Bramuda Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi mengatakan, Barong Ider adalah sebuah tradisi dan ritual adat yang hanya ada di Banyuwangi. “Masyarakat setempat percaya, setelah melakukan arak-arak Ider Bumi maka Kampung Kemiren akan terhindar dari segala keburukan,” katanya.

Menurut dia, dari tahun ke tahun acara ini cukup kuat menyedot perhatian publik yang diharapkan juga akan menaikkan minat wisatawan mancanegara maupun lokal untuk berkunjung ke Desa Adat Kemiren.

“Barong Ider Bumi Kemiren tepatnya adalah upacara adat oleh leluhur masyarakat Suku Using Kemiren, dimana tujuan ritual ini adalah sebagai media tolak bala, melindungi kampung dari segala hal yang negatif, hama tanaman, wabah penyakit, dan serakat yang ada di Kemiren,” ujar Bramuda.

Arief Yahya menyambut baik tradisi adat masyarakat asli suku Using Banyuwangi yang dia anggap masih kental nilai tradisi. Masyarakat lokal masih menunjung tinggi dan mengangkat budaya dan kesenian para leluhur.

Salah satu pertunjukan yang menakjubkan, menurut Arief, adalah yang dibawakan oleh Akbar dan Killa dua balita yang baru berusia 4 tahun menarikan Jaran Goyang. “Ini bentuk pelestarian sejak dini. Anak balita bisa menari seluwes itu. Kita harap ada pelestarian lahir dan terus berkembang di tempat ini,” kata Arief.

Di Desa Kemiren itu, Menpar juga sempat menikmati santapan kuliner pecel pitik yang merupakan makanan khas Banyuwangi dengan bahan utama ayam kampung muda.

Soal akses menuju Banyuwangi, Menpar menegaskan kini semakin banyak pilihan di antaranya dengan penerbangan langsung rute Jakarta-Banyuwangi setiap hari.

“Selain itu, ada tiga penerbangan yang melayani rute Surabaya-Banyuwangi tiga kali dalam sehari. Fasilitas untuk wisatawan kian lengkap, ada homestay sampai hotel bintang empat,” kata Arief Yahya.(ant/den)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Selasa, 7 Mei 2024
25o
Kurs