Jumat, 26 April 2024

Pemprov Fokuskan Pendidikan Dual Track Jatim di Madura

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Soekarwo Gubernur Jatim saat berinteraksi dengan siswa SMA/MA Dual Track yang telah memiliki karya di Sampang, Madura, Kamis (17/1/2018). Foto: Humas Pemprov Jatim.

Peningkatan kualitas pendidikan di Jawa Timur terus diupayakan oleh Pemprov Jatim. Salah satunya dengan terus menggenjot pelaksanaan program pendidikan dual track di SMA dan Madrasah Aliyah (MA).

Soekarwo Gubernur Jatim yang akan mengakhiri masa jabatannya pada 12 Februari mendatang mengatakan, peningkatan kualitas pendidikan menjadi bagian upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Nawaitu kami meningkatkan kesejahteraan lewat pendidikan. Ada pendidikan umum dan pendidikan keterampilan. Ada pendidikan agama dilengkapi keterampilan,” ujarnya dalam peresmian SMA/MA dual track di Sampang, Kamis (17/1/2019).

Program pendidikan dual track berkonsep dualitas yang saling memberi manfaat. Program ini, kata dia, akan menjadi solusi terbaik menanggulangi pengangguran terbuka dari lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke pendidikan tinggi.

“Tidak hanya SMA, Madrasah Aliyah juga diberikan tambahan keterampilan. Madura jadi fokus pengembangan dual track ini,” kata Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo dalam keterangan pers yang diterima suarasurabaya.net.

Sebagaimana data-data yang telah ada, dari semua kabupaten/kota di Provinsi Jatim, indeks pembangunan manusia di kabupaten/kota yang ada di Kepulauan Madura menunjukkan angka yang cukup memprihatinkan. Sebab itulah dual track difokuskan di daerah ini.

Peserta didik, kata gubernur dua periode di Jawa Timur ini, akan dibekali keterampilan khusus yang diberikan secara intensif pada kelas XI dan ujian sertifikasi yang akan dilaksanakan di kelas XII, setelah ujian nasional.

“Sertifikasi itu sudah berstandar dan diakui nasional. Lulusan SMA dan MA bisa bersaing di dunia industri dan dunia usaha karena di program ini ada tujuh bidang keahlian yang difokuskan sesuai hobi atau keinginan siswa,” ujarnya.

Pendidikan dan pelatihan vokasional ini, menurut Pakde Karwo, adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahan sumber daya manusia (SDM) di Jawa Timur, dan Indonesia pada umumnya.

Saiful Rachman Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim mengklaim, saat ini program dual track di Jatim sudah diterapkan di 86 lembaga: 76 lembaga SMA dan 10 lembaga MA yang mayoritas berada di Madura.

Program ini, kata dia, memfokuskan pada tujuh bidang keahlian sesuai hobi dan minat anak didik. Antara lain multimedia, teknik elektro, teknik listrik, tata boga, tata busana, tata kecantikan, dan teknik kendaraan ringan.

Tujuannya adalah menyiapkan SDM SMA dan MA yang mandiri dan siap memasuki dunia kerja dan dunia usaha, serta membentuk kepercayaan diri peserta didik dalam bidang kewirausahaan.

“Dengan keterampilan yang mumpuni, para siswa ini akan memiliki bekal untuk menekuni usaha secara mandiri, dan mampu bersaing dalam dunia usaha,” katanya.

Fokus pada Pendidikan Vokasional

Pakde Karwo dalam kepemimpinannya terus memfokuskan pengembangan pendidikan vokasional di Jawa Timur. Ini sudah dia jalankan sejak 8 tahun silam, dimulai dengan kebijakan moratorium SMA pada 2014.

Pergub Jatim mengenai Moratorium SMA telah ditandatangani Gubernur. Pemprov Jatim pun terus menambah jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang telah terakreditasi Badan Nasional Sertifikasi Pendidikan Vokasi.

Pada 2014 itu, jumlah SMK hanya sebanyak 32 persen. Sedangkan SMA mencapai 68 persen. Pakde Karwo menargetkan komposisi itu berbalik: 70 persen SMK dan 30 persen SMA. “Ini bisa terwujud pada 2022,” ujarnya.

Tidak Meninggalkan Pendidikan Diniyah Salafiyah

Pakde Karwo berkomitmen agar Pemprov Jatim memperkuat pendidikan Diniyah Salafiyah yang sampai sekarang belum diakui dalam pendidikan nasional.

Sebab itulah, Pemprov Jatim mengeluarkan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (Bosda) khusus untuk pendidikan Diniyah Salafiyah di Jawa Timur. Sejak 2006, pendidikan Diniyah Salafiyah, kata Pakde Karwo, dipertahankan sebagai basis pendidikan di Jatim.

“Jangan melakukan modernisasi terhadap sistem pendidikan sorokan dan badongan ketemu kiai. Sentuhan dari kiai kepada santrinya itu 1.000 kali lebih bermanfaat dibandingkan ditelepon. Jadi dalam komunikasi memanggil orang, ditepuk pundak dan melihat matanya itu 1.000 kali lebih bermanfaat,” jelasnya.(den/tin)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
31o
Kurs