Jumat, 24 Mei 2024

Zumba dan Balon Pink, Ajak Pengunjung CFD Sadar Deteksi Mandiri Kanker Payudara

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Can-Care dan Adi Husada Cancer Center menggelar sosialisasi deteksi dini kanker payudara kepada pengunjung Car Free Day (CFD) Darmo, Surabaya pada Minggu (6/10/2019). Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Can-Care dan Adi Husada Cancer Center menggelar sosialisasi deteksi dini kanker payudara kepada pengunjung Car Free Day (CFD) Darmo, Surabaya pada Minggu (6/10/2019).

Bertepatan dengan perayaan Bulan Peduli Kanker Payudara International (Breast Cancer Awareness), mereka mengajak pengunjung, terutama perempuan untuk memahami metode deteksi kanker payudara secara mandiri yang diberi nama Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri).

Dr. Irawati Marga Direktur Utama RS Adi Husada Undaan Wetan mengatakan, ada tiga langkah untuk melakukan pemeriksaan kanker payudara mandiri. Ia menekankan, kanker payudara adalah jenis kanker yang bisa dideteksi, berbeda dengan beberapa kanker yang tidak bisa dideteksi.

“Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri, red), setiap bulan 7-10 hari sesudah haid, itu saat paling tepat untuk periksa. Periksa mandiri. Dilakukan ada 3 step. Pertama, tentukan waktu. Ya tadi 7-10 hari sesudah haid. Kedua, periksa pandang. Bajunya dibuka, lihat di cermin, tangannya diangkat, dilihat putingnya apa sejajar. Perbedaannya (kanan dan kiri) maksimal selisih 10 persen. Raba dengan tiga jari. Tidak ditekan. Dari sekitar puting, searah jarum jam, ke arah ketiak,” ujar Dr. Irawati pada Minggu (6/10/2019).

Ia menegaskan, dengan melakukan pemeriksaan mandiri setiap bulan, perempuan bisa mengetahui kondisi tubuhnya dan dapat segera mendatangi dokter spesialis jika ada kondisi yang mencurigakan.

“Kalau khawatir bisa diperiksa lebih lanjut. Ini bisa dicegah. Ketika dirasa ada yang bermasalah, bisa langsung diperiksakan ke dokter untuk pemeriksaan lanjut. Untuk memastikan, apakah benar kanker atau tumor jinak. Benjolan aja,” jelasnya.

Kasus kanker payudara di Indonesia tiap tahunnya makin meningkat. Organisasi kesehatan dunia, WHO memprediksi, pada 2030 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah pasien kanker payudara sampai 7 kali lipat.

Estiningtyas Nugraheni Sekretaris Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jawa Timur mengatakan, kanker payudara memilih harapan sembuh yang cukup tinggi. Ini berbeda dengan kanker lain, seperti kanker paru-paru yang tingkat vatalitasnya cukup tinggi. Meski begitu, penderita kanker payudara memiliki waktu yang cukup lama untuk benar-benar lepas dari penyakit ini.

“Kalau kanker payudara kan survival ratenya tinggi. Tapi, penderita kanker payudara biasanya 15 tahun, masih dikatakan penderita. Baru setelah itu Free from disease. Kanker payudara tidak begitu mematikan tapi menderita. Psyology burden, beban psikologi perempuan yang tidak payudara (karena kanker, red) itu berat buat mereka,” jelasnya.

Selain memberikan edukasi mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan mandiri, acara ini juga dimeriahkan dengan senam Zumba dan pembagian ratusan balon berwarna pink.

“Tujuannya selain sebagai bentuk peringatan kesadaran kanker payudara di seluruh dunia, juga untuk menyebarkan kesadaran atau pentingnya deteksi dini sebagai pencegahan terhadap kanker payudara,” pungkasnya. (bas/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Kurs
Exit mobile version