Jumat, 29 Maret 2024

Fenomena Gangster Surabaya, Karena Keringnya Keteladanan

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Sekelompok remaja yang diduga anggota gangter diamankan petugas beberapa hari lalu di Surabaya. Foto: Istimewa.

Fenomena gangster di Surabaya, bukan hal baru. Sejak 1978 kemunculannya ada, hanya pasang surut sesuai kondisi sosial. Dan penyebabnya adalah gagalnya peran masyarakat terutama keluarga dalam mengawal moral dan sosial generasi berikutnya.

Demikian kata Prof Mustain Mashud Dosen Sosiologi Unair, yang pernah meneliti dan membuat buku tentang munculnya kelompok/gang di Surabaya. Menurutnya sejak tahun 1978 di Surabaya sudah mengenal kelompok gangster. Seperti di kawasan Wonokromo dan Joyoboyo.

“Setiap masyarakat akan mereproduksi jenis kenakalan dan kejatannya masing-masing. Semua itu juga sesuai zaman dan kondisi sosialnya, di Surabaya yang terkenal dulu adalah gank dari Wonokromo, dan Joyoboco,” katanya saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Kamis (6/2/2020).

Menurut Mustain, dalam teori perilaku menyimpang, istilah kenakalan dan kejahatan itu muncul dari gagalnya membangun perilaku yang menyimpang.

“Kenakalan ini merupakan kegagalan keluarga membangun dan membentuk prilaku sesuai norma maupun agama, agar bisa menghadapi dunia nyata,” katanya

Mustain mengatakan, setiap masyarakat dan keluarga sudah sewajarnya ikut menyiapkan para remaja dalam bermasyarakat dan bersosialisasi. Tapi, masalahnya sekarang, keluarga tidak bisa lagi mengontrol anaknya apalagi mendidik karena semakin sibuk.

“Tugas pokok keluarga dialihkan ke sekolah. Sementara sekolah sekarang lebih mendidik untuk menjadi pintar, kurang memperhatikan pendidikan perilaku atau karakter,” katanya.

Menurut Mustain, fenomena munculnya kembali gengster sekarang ini karena kegagalan dunia pendidikan dan situasi memang sedang tidak terkendali.

“Orang menjadi sulit menjadi figur karena banyak referensi cara bertindak. Ada kata orang tua, kata sekolah, kata negara, atau kata teman. Orang kehilangan pegangan, mana yang paling benar,” katanya.

Mustain mengatakan, butuh peran keluarga dan masyarakat untuk meredam fenomena gengster ini. Terutama harus ada keteladanan keluarga, sekolah, dan negara yang benar-benar konsisten.

“Harus ada keteladanan apakah itu keluarga (bapak atau ibu), sekolah, atau negara. Keteladanan tindakan yang sesuai dengan perkataan,” katanya. (bid/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
25o
Kurs