Minggu, 19 Mei 2024

Budidaya Seledri Jepang Tingkatkan Kesejahteraan Petani Selotapak

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Seledri Jepang di budidayakan petani Desa Selotapak, Trawas, Mojokerto didampingi tim dari Ubaya. Foto: Humas Ubaya

Pendampingan Universitas Surabaya (Ubaya) bagi petani desa Selotapak ciptakan produk unggulan Ashitaba, adalah bagian dari Hibah Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah yang didanai Kemenristekdikti tahun 2019-2021.

Hibah program tersebut mengusung potensi Desa Selotapak dalam membudidayakan tanaman Angelica Keiskei atau sering dikenali masyarakat sebagai Ashitaba. Program ini melibatkan serikat tani yang berada di Desa Selotapak, Trawas, Mojokerto dan dilaksanakan pada Kamis (22/10/2020).

Prita Ayu Kusumawardhany, S.E.,M.M., Ketua Hibah Produk Unggulan Daerah Desa Selotapak menjelaskan jika tahun kedua ini tim Ubaya membantu serikat tani mengembangkan beragam inovasi produk Ashitaba, memperkuat pasar domestik di masa pandemi Covid-19.

Awalnya, lanjut Prita sapaan Prita Ayu Kusumawardhany budidaya Ashitaba atau biasa disebut Seledri Jepang berfokus pada pasar ekspor dan telah berhasil menjadi supplier di berbagai negara seperti Filipina, Amerika, Jepang hingga Korea.

Tetapi dengan pandemi Covid-19 membuat tim Ubaya terdorong untuk membantu serikat tani dalam penguatan pasar domestik dengan menciptakan produk-produk yang mudah dikonsumsi oleh masyarakat luas.

“Tahun ini karena adanya wabah pandemi Covid-19 maka kegiatan ekspor terpaksa berhenti dan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Akhirnya kami berfokus dalam penguatan pasar domestik dan membantu meningkatkan konsumsi pangan lokal dengan menciptakan inovasi produk dari Ashitaba,” terang Prita.

Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya ini menambahkan bahwa pasar domestik cenderung tidak membutuhkan bahan baku tetapi lebih tertarik dengan hasil olahan produk yang bisa dikonsumsi secara langsung.

Tanaman Ashitaba yang dibudidayakan oleh tim Ubaya bersama serikat tani di Trawas memiliki potensi cukup besar dan hasil yang baik untuk dikembangkan menjadi sebuah produk. Ini tentunya didukung oleh iklim dan struktur tanah di Desa Selotapak yang sangat sesuai untuk menghasilkan tanaman Ashitaba terbaik se-Indonesia bahkan di dunia.

“Pada tahun pertama, kami memastikan seluruh kebutuhan petani baik dari segi kualitas tanaman hingga kuantitas produksi yang memadahi melalui pengadaan mesin tepat guna. Kami juga telah membuat produk Ashitaba Leaves Tea dan kripik yang sudah dipasarkan hingga mancanegara. Produk Ashitaba Leaves Tea sudah terverifikasi halal,” tambah Prita.

Bersama anggota tim lainnya yaitu Dr. Hazrul Iswandi S.Si., M.Si, M.E., Lanny Kusumawidjaja, S.E., M.M., CBC., dan Ardhia Deasy Rosita Dewi, S,TP., M.Sc.,kemudian Prita mencoba menciptakan beberapa inovasi produk Ashitaba yang dapat diproduksi dan dipasarkan oleh serikat tani Desa Selotapak.

Beberapa inovasi produk Ashitaba yang sedang dikembangkan dan dibuat yaitu permen kunyah (soft candy), kombucha, water kefir, dan tablet effervescent. Setiap produk yang dibuat tidak menghilangkan khasiat dari tanaman Ashitaba untuk mengobati beberapa penyakit seperti mencegah kolesterol, darah tinggi, tumor, dan jantung.

Ardhia Deasy Rosita Dewi, S,TP., M.Sc., Dosen Fakultas Teknobiologi Ubaya sekaligus anggota tim menyampaikan jika tanaman Ashitaba memiliki antioksidan yang tinggi karena mengandung senyawa flavonoid yang mampu mengurangi peradangan dalam tubuh.

Selain itu, Ashitaba cocok dikonsumsi saat pandemi Covid-19 untuk mengurangi resiko komorbid dan meningkatkan imunitas tubuh. Ditambah lagi, Ashitaba sangat baik bagi tubuh karena mengandung vitamin, mineral yang tinggi, kaya serat, dan anti bakteri.

“Ashitaba mengandung anti bakteri dan menjadi pilihan tepat jika mengolahnya menjadi produk permen kunyah, sehingga berkhasiat dalam mengurangi bakteri yang ada di dalam rongga mulut,” papar Ardhia Deasy Rosita Dewi.

Sementara itu ditambahkan Prita bahwa penciptaan inovasi produk dan penguatan pasar domestik dalam program ini adalah untuk menciptakan kebutuhan masyarakat Indonesia sendiri akan Ashitaba atau Seledri Jepang.

Selain itu, hasil panen petani di saat pandemi tidak bisa terserap dengan baik sehingga banyak tanaman Ashitaba atau Seledri Jepang tidak terpanen di lahan Desa Selotapak. Bersama anggota tim, Prita berharap melalui Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah ini petani Desa Selotapak tidak hanya bergantung pada kegiatan ekspor saja tetapi mulai menciptakan produk yang dibutuhkan pasar domestik.

“Saat penjualan di market domestik tinggi maka para petani akan mendapatkan demand lebih banyak. Akhirnya akan terus bersemangat melakukan produksi atau panen Ashitaba. Semoga dengan demand yang tinggi diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani di Desa Selotapak,” pungkas Prita, Kamis (22/10/2020). (tok/ang)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya
Kurs
Exit mobile version