Kamis, 18 April 2024

Dokter Reisa Ingatkan Pentingnya Kedisiplinan untuk Memutus Mata Rantai Penyebaran Covid-19

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Dokter Reisa Broto Asmoro Juru Bicara Satgas Covid-19. Foto: Biro Pers Setpres

Penambahan pasien Covid-19 yang sembuh di Indonesia, per hari ini, Jumat (18/9/2020) tercatat paling tinggi sejak kasus pertama diumumkan Joko Widodo Presiden, Maret lalu.

Reisa Broto Asmoro Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan, hari ini angka kesembuhan menembus 4.088 kasus.

“Saat ini angka kesembuhan semakin baik. Recovery rate berada di kisaran 71 persen, artinya 7 dari 10 orang yang terpapar dari Covid-19 telah sehat dan produktif kembali,” ungkapnya di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (18/9/2020).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 18 September 2020, pasien sembuh sudah mencapai 170.774 orang. Sementara untuk kasus aktifnya ada 56.409 kasus.

Menurut Dokter Reisa, data-data itu menunjukkan pasien positif yang sedang dirawat kurang dari 1/3 total kasus yang ada. Kasus aktif, kata Reisa adalah jumlah pasien yang sekarang dalam perawatan atau isolasi.

“Kondisi baik ini harus dipertahankan dan ditingkatkan. Yang utama bagi kita semua adalah memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Mari terus biasakan diri dengan menerapkan protokol kesehatan yang benar,” imbaunya.

Presiden, lanjut Reisa, sudah mengingatkan supaya pemerintah daerah tidak asal-asalan mengambil keputusan. Presiden meminta Pemda menggunakan data sebaran kasus dalam mengambil keputusan, serta mencegah penularan dengan cara membatasi kegiatan.

“Kalau daerah, kabupaten/kota, tempat kita tinggal, mencatat adanya transmisi lokal, kita sebaiknya membatasi kegiatan. Untuk informasi, transmisi lokal adalah penularan yang bukan berasal dari dalam wilayah itu sendiri,” jelas Reisa.

Dalam upaya menekan penyebaran Covid-19, pemerintah sudah melaksanakan langkah 3T yaitu testing, tracing dan treatment. Dalam konteks tracing atau pelacakan, Kemenkes telah menemukan lebih dari 1000 klaster.

Klaster sendiri dapat terjadi di rumah, tempat kerja, atau di tempat kerumunan lainnya. Biasanya diawali salah satu orang yang positif dan tidak menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Lalu menularkan orang-orang di sekitarnya.

“Klaster bisa terjadi di mana saja, tidak hanya di perkantoran, bisa terjadi di berbagai komunitas termasuk rumah tangga. Makanya masyarakat perlu disiplin menerapkan 3M, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan,” imbuhnya.

Untuk testing, sambung Reisa, jumlahnya juga semakin meningkat per hari. Data Kemenkes mencatat lebih dari 10 ribu tes per 1 juta penduduk.

Sedangkan untuk treatment, pemerintah mengupayakan penanganan terbaik untuk pasien Covid-19. Pola perawatan di berbagai fasilitas kesehatan pun sudah dilakukan secara optimal.

Lebih lanjut, Reisa mengajak masyarakat disiplin menerapkan 3M dalam keseharian dan lebih baik di rumah saja. Karena memutus mata rantai pandemi harus dilakukan secara bersamaan di seluruh Indonesia.

“Jadi, mari kita kompak dan disiplin. Kita kan orang Indonesia, warga dunia yang luar biasa dan orang Indonesia optimis, bisa, pemerintah 3T, kita 3M, Indonesia pasti bisa,” pungkas Reisa.(rid/tin)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 18 April 2024
26o
Kurs