Kamis, 25 April 2024

Lebih dari 60 Persen Pekerja Lepas Indonesia Mengurangi Konsumsi Makanan

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Smita Anggarwal (kanan) dari Flourish Ventures bersama salah satu pekerja lepas. Foto: Istimewa

Sebagian besar responden dalam riset Indonesia Spotlight yang digelar Flourish Ventures sampai August 2020 menyatakan sangat khawatir tentang dampak Covid-19.

Dari 586 pekerja lepas (pekerja independen/gig workers) di Indonesia yang jadi responden survei dalam jaringan (online) Juni lalu itu, 74 persen di antaranya mengaku sangat khawatir.

Sebagian besar di antara mereka justru khawatir tentang dampak ekonomi akibat pandemi. Sebanyak 52 persen responden yang khawatir pada mata pencaharian mereka. Hanya 14 persen yang khawatir pada kesehatan.

Seperti dalam berita sebelumnya, para responden itu terdiri dari 221 pengemudi berbagi tumpangan (ridesharing), 191 penyedia jasa rumah (asisten rumah tangga atau ahli kecantikan), 109 pedagang daring, dan 65 kurir pengiriman.

Untuk menyesuaikan diri dengan krisis akibat pandemi ini, ada sejumlah respons yang disampaikan responden. Salah satunya, banyak di antara mereka yang mengurangi konsumsi.

Ada sebanyak 66 persen responden yang mengaku mengurangi konsumsi rumah tangga mereka. Dari beberapa jenis konsumsi, makanan adalah pengeluaran utama yang banyak dikurangi.

Smita Aggarwal Global Investments Advisor Flourish Ventures mengatakan, pandemi telah menggarisbawahi tantangan yang dihadapi pekerja lepas atau gig worker di Indonesia.

“Pandemi menguji kemampuan beradaptasi mereka serta mendorong mereka di bidang kewirausahaan, terutama untuk menghadapi kesulitan yang mereka hadapi,” katanya, Rabu (9/9/2020).

Hasil survei memang menunjukkan, sebanyak 61 persen responden mengaku menemukan mata pencaharian baru atau pekerjaan tambahan. Sebagian besar melalui platform digital, seperti penjualan ritel online atau berbasis permintaan.

Keinginan sekaligus kekhawatiran atas kemampuan menabung untuk masa depan yang diakui 81 persen responden juga membuat 40 persen di antara mereka berencana mencari pekerjaan baru di bulan-bulan mendatang.

Smita mengatakan, ini adalah peluang bagi perusahaan Fintechs (financial technology) untuk meningkatkan pelayanan terhadap para pekerja lepas ini demi agar tetap fokus pada masa depan.

“Walaupun pekerja independen atau gig worker ini menunjukkan ketabahan yang luar biasa menghadapi krisis, kami percaya ada peluang yang berarti untuk platform kerja independen ini,” ujarnya.

Perusahaan Fintechs, menurutnya bisa memenuhi kebutuhan finansial pekerja lepas yang belum terpenuhi, dan membantu likuiditas jangka pendek, perlindungan penghasilan, serta resiliensi jangka panjang bagi mereka.

Dari hasil survei edisi ketiga seri laporan bertajuk The Digital Hustle: Gig Worker Financial Lives Under Pressure itu pun Flourish juga menemukan bahwa yang lebih dibutuhkan pekerja lepas saat ini adalah kebutuhan uang tunai jangka pendek.

Sebanyak 63 persen responden survei khawatir tentang apakah mereka memiliki cukup banyak uang tunai untuk melakukan pekerjaan mereka dibandingkan khawatir tentang akses ke pendanaan aset.(den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
27o
Kurs