Sabtu, 20 April 2024

Masa Pandemi, Orang Tua Jangan Anggap Anak jadi Beban

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Ilustrasi.

Sikap orang tua di pandemi Covid-19 ini, seharusnya jangan pernah jadikan anak sebagai beban. Meskipun kondisi kehidupan terpuruk. Jika orang tua tidak mampu dan tidak mau mensyukuri keadaan yang sedang dihadapi di masa pandemi ini, lalu menganggap anak hanya beban semata, kondisi ini tidak bisa dibiarkan.

“Orang tua memang mengalami keterpurukan, sebagai dampak pandemi ini, tetapi jika orang tua mau memaknai pandemi ini dari sudut pandang positif, cara berpikir positif, dan anak tidak dianggap sebagai beban. Maka nilai-nilai positif orang tua bisa ditransfer pada anak. Ini sangat penting bagi anak,” terang dr. Sri sini Sugito Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Jumat (24/7/2020).

Bukan hanya pada kalangan tidak mampu, Sri menegaskan pada keluarga yang kaya sekalipun jika keberadaan anak dianggap sebagai beban, maka di masa pandemi seperti saat ini, posisi anak justru dianggap sebagai beban yang semakin memberatkan orang tua.

Pada kajian teori psikologi Hooffnman & Hooffnman, ada tiga nilai anak atau cara pandang orang tua untuk memenuhi kebutuhan orang tua. Nilai anak psikologis adalah keberadaan anak dianggap sebagai bagian kasih karunia Tuhan.

Orang tua menganggap anak harus diberikan perhatian, dengan kondisi apapun, karena anak sebagai karunia Tuhan.

Yang kedua, anak sebagai pemenuhan ekonomis, dimana posisi anak lebih sering mengganggap anak untuk membantu hal-hal ekonomis. “Contoh kasus, anak-anak balita yang digendong ibunya ikutan mengamen,” urai Sri.

Dan yang ketiga, anak dinilai sebagai bagian sosial, dimana orang tua beranggapan anak menaikkan nilai sosial. Di lingkungan masyarakat kerap ditemui seorang anak dituntut memiliki prestasi untuk meninggikan harkat dan martabat orang tua.

“Banyak kan orang tua saat ini yang menuntut anaknya berprestasi dengan harapan orang tua harkat dan martabatnya meningkat. Kamu harus berprestasi, kalau tidak berarti kamu bukan anak papa mama. Sering kan kita dengar yang seperti itu,” ujar Sri.

Orang tua yang punya banyak tuntutan dan menilai anak sebagai beban, di saat pandemi seperti saat ini, maka anak akan melihat dan menilai sosok orang tua sebagai orang tua yang menyeramkan. Ini jangan sampai terjadi.

Sebaiknya, orang tua mengajak anak memahami situasi dan kondisi saat ini sebagai bagian dari pergulatan hidup agar survive. Menjadikan kondisi saat ini bersama-sama melakukan kegiatan bersama-sama.

“Karena orang tua dalam istilah psikologi adalah significant person atau orang yang berarti bagi anak. Orang tua tetap punya peran penting bagi anak-anaknya di masa pandemi seperti sekarang ini. Anak tidak bisa dilepaskan begitu saja,” pungkas dr. Srisiuni Sugoto, Jumat (24/7/2020). (tok/tin/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 20 April 2024
27o
Kurs