Rabu, 24 April 2024

Impor Tembakau Tetap Tinggi Meski Pandemi

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Suko Widodo, Akademisi Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR, selaku moderator Diskusi-Panel Nasional tentang “Prospek dan Tantangan pada Masa Pandemi Covid-19 terhadap Produk Industri Hasil Tembakau (IHT) dari Sisi Permintaan-Penawaran dan Kebijakan Cukai Hasil Tembakau”, yang disiarkan secara hybrid, di ruang KRT Fadjar Notonagoro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Kampus B – Universitas Airlangga, Kamis (9/9/2021). Foto : Manda Roosa suarasurabaya.net

Pandemi Covid-19 tidak mengurangi impor tembakau ke dalam negeri. Berdasarkan data BPS, data impor tembakau 2019 sebanyak 110 ribu ton, sedangkan pada 2020 relatif sama sekitar 110 ribu ton

Prof. Ir. Djajadi Peneliti Badan Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) UPT Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yaitu Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang mengutip data BPS dan menyatakan itu.

Menurutnya, sebagian besar tembakau yang diimpor memang jenis yang dibutuhkan, yaitu tembakau jenis Virginia. Dengan tingginya impor ini, sebagai peneliti dia khawatir, aktivitas impor itu akan mengurangi serapan tembakau yang ditanam di dalam negeri.

“Dampaknya bisa mengurangi serapan tembakau di dalam negeri, termasuk inovasi-inovasi teknologi yang kami hasilkan kurang bisa diserap oleh petani atau pengguna yang lain,”  katanya dalam Diskusi-Panel Nasional, Kamis (9/9/2021).

Diskui Panel Nasional yang bertemakan “Prospek dan Tantangan pada Masa Pandemi Covid-19 terhadap Produk Industri Hasil Tembakau (IHT) dari Sisi Permintaan-Penawaran dan Kebijakan Cukai Hasil Tembakau” itu disiarkan secara hybrid dari ruang KRT Fadjar Notonagoro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga.

Sebagai seorang peneliti, kata Djajadi, dia bertugas menghasilkan inovasi teknologi yang bisa diterapkan petani dan stakeholder pertembakauan dengan tujuan meningkatkan daya saing tembakau dan keberlakuan zat dari tembakau.

Saat ini, di Blitar, dirinya sedang mencoba menguji coba produksi tembakau Virginia yang masih diimpor agar bisa dikembangkan di daerah-daerah yang potensial. Tujuannya, supaya importir tidak perlu mengimpor Virginia dari luar negeri.

“Kami di Blitar mengembangkan tembakau di lahan-lahan marjinal, jadi sawah tadah hujan, sawah kering, yang kecukupan airnya terbatas, sehingga kami berupaya mencari tekonologi yang bisa diterapkan petani dalam memproduksi tembakau virgina yang kualitasnya bisa diterima pabrikan,” ujarnya.

Dia berharap, nantinya usaha petani tembakau di lahan-lahan marjinal yang menjadi sumber pendapatan petani bisa dipertahankan dengan meningkatkan mutu dan produksi. (man/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 24 April 2024
29o
Kurs