Jumat, 1 November 2024

Pakar Imunologi Unair: Monitoring Surveilans Varian E484K Perlu Dilakukan

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi Covid-19. Grafis: suarasurabaya.net

Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo dr., M.Si, M.Ked.Klin, SpMK Pakar Imunologi Universitas Airlangga (Unair) menanggapi munculnya mutasi Virus SARS-Cov-2 E484K.

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR itu mengimbau agar masyarakat lebih waspada. Apalagi, menurutnya, berdasarkan penelitian sejumlah pakar, mutasi virus ini tidak terdeteksi antibodi di dalam tubuh.

“Penelitian Widera dkk menunjukkan, beberapa monoklonal antibodi gagal mendeteksi keberadaan atau melakukan netralisasi pada virus yang memiliki Varian E484K,” ujarnya, Rabu (14/4/2021).

Dia menjelaskan, varian virus Korona E484K telah mengalami mutasi pada asam amino glutamic acid yang berubah menjadi lisin pada spike dan sangat dekat dengan puncak spike. Struktur protein pada spike berubah.

Pendek kata, perubahan itu yang bikin virus ini mampu menghindari antibodi. Gawatnya lagi, karakteristik virus ini mirip dengan varian B117 asal Inggris dan beberapa varian lain yang lebih cepat menular.

Karena itu, meski sampai sekarang varian virus ini belum terkonfirmasi ada di Jawa Timur, dia meminta masyarakat tetap waspada. Salah satu cara menghadapinya adalah dengan monitoring surveilans.

“Monitoring surveilans terutama pada kasus di masyarakat. Kemudian surveilans epidemiologi kasus yang dicurigai. Misalnya adanya anomali di daerah tertentu. Juga deteksi kasus pada Varian E484K,” katanya.

Untuk melancarkan hal itu, Agung mengatakan perlunya koordinasi pemerintah dengan rumah sakit. Tujuannya untuk mempersiapkan adanya kemungkinan kejadian luar biasa yang tidak diinginkan.

Dia juga menambahkan, sarana dan prasarana juga perlu disiapkan untuk mengakomodasi terjadinya peningkatan kasus. Demikian juga menggencarkan vaksinasi dan edukasi tentang 5M kepada masyarakat.

Secara internasional, kata Agung, koordinasi surveilans juga perlu diupayakan. Perlu ada konsultasi bersama ahli dengan tim WHO yang mampu mendeteksi keberadaan sekaligus membantu proses surveilans.

“Ini perlu, terutama pada epidemiologi Covid-19, derajat keparahan, efektivitas di kesehatan masyarakat, dan sosial. Juga terapi dan proses vaksinasi yang harus dilakukan di masyarakat,” ujarnya.

Menurut Agung yang juga Dewan Pakar Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur itu, selama virus masih terus menginfeksi manusia, mutasi Sars-CoV-2 akan tetap berlanjut.

Demi mencegah transmisi virus, Agung menegaskan pentingnya penerapan 5M: memakai masker; mencuci tangan; menjaga jarak; menghindari kerumunan; dan mengurangi mobilisasi.

“Mutasi apapun memang berbahaya. Tapi mau mutasi bagaimana pun, cara mencegahnya sama, yaitu dengan 5M,” katanya.(den/dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Jumat, 1 November 2024
28o
Kurs