Kamis, 25 April 2024

Setahun Pandemi Covid-19, Seniman Dituntut Kembali pada Sejatinya Hidup

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Tetap berkarya dengan segala keterbatasan. Seniman saat berkreasi tetap wajib patuh protokol kesehatan. Foto: Totok/Dok. suarasurabaya.net

Bagi Seniman setahun pandemi Covid-19 tak ubahnya sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk keembali kepada sejatinya hidup sebagai manusia dengan segala kekurangannya.

Meimura aktor dan sutradara bersama Heri Lentho penggerak seni dan budaya di Jawa Timur sepaham bahwa dengan pandemi Covid-19 ini para seniman diberikan kesempatan mereset atau me-restart kembali perjalanan hidupnya sekaligus perjalanan karyanya.

“Panggung pementasan hilang. Diganti teknologi baru. Tapi ada yang tidak tergantikan yaitu nilai-nilai kepribadian kemanusiaan. Justru pada masa pandemi seperti ini, kembali kita semua merenungkan nilai-nilai yang sudah kita miliki sejak dini, ” terang Heri Lentho, Selasa (2/3/2021).

Selama setahun, lanjut Heri seakan manusia diingatkan untuk lebih dekat dengan keluarga. Demikian juga dengan nilai spiritual dimasa pandemi ini sepertinya manusia diajak lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Apakah manusia tidak lagi dekat dengan keluarganya? Tidak lagi dekat dengan Tuhannya?

“Bahkan silaturahmi yang memang dianjurkan sebagai manusia seakan hilang ketika gadget menguasai. Dan saat ini, ketika pandemi berlangsung kerinduan bersilaturahmi seakan jadi pengingat bagi kita. Nilai spiritual manusia seakan digugah di pandemi yang sudah setahun ini,” papar Heri Lentho.

Meimura aktor dan sutradara merasakan hal yang sama seperti yang disampaikan Heri Lentho. Seniman yang juga mahluk Tuhan juga jadi korban pandemi yang sudah setahun berlangsung ini.

“Lahan nafkah para seniman hilang. Tetapi sebagai manusia punya kekuatan dan kesempatan untuk tetap berusaha. Seniman diuji eksistensinya untuk tetap bisa berkarya, ” kata Meimura.

Setahun pandemi Covid-19 ini Seniman sebagai manusia diajak menyadari keterbatasan dan kelemahannya. “Pandemi ini dengan segala aturan dan situasinya, rasanya lebih berat daripada kondisi perang secara fisik. Karena itu kita semua perlu introspeksi diri, memahami diri sebagai manusia seutuhnya, ” pungkas Meimura.(tok/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
26o
Kurs