Minggu, 22 Juni 2025

Sosiolog Sebut Pemberian Nama Panggilan Bentuk Interaksi Simbolik

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi.

Nama panggilan atau julukan yang kadang tidak jauh dari nama asli, menurut sosiolog, adalah bentuk dari keakraban antarteman. Menurut Hotman Siahaan Guru Besar Sosiologi FISIP Universitas Airlangga (Unair), nama panggilan menjadi simbol interaksi sosial, yang menunjukkan antara dua orang atau lebih yang memiliki kedekatan yang akrab satu sama lain.

“Kadang-kadang nama julukan itu terbawa sampai besar, lalu tercipta begitu saja. Itu interaksi simbolik, dimulai dari simbol-simbol bahasa. Makanya nama julukan itu bagian dari simbol keakraban di antara mereka,” kata Hotman kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (24/10/2021).

Maka tidak heran, biasanya nama julukan itu muncul dari kelompok bermain antarteman. Seperti yang disampaikan beberapa pendengar pada Minggu petang.

“Pas SMA saya dipanggil Pepeng, karena saya kalau main bola, kalau manuver itu miring-miring kayak orang pengkor,” cerita Martin pendengar.

Menurut Hotman, dahulu julukan bisa muncul dalam kelompok pertemanan yang guyub dan kelompok bermain yang selalu bersama-sama. Namun, saat ini terjadi pergeseran saat teknologi berkembang.

Hotman menilai, keakraban antarteman tidak seperti dulu karena mediumnya berubah.

“Simbol keakrabannya berbeda. Dulu medianya bersosial, di situ interaksinya. Mungkin sekarang berbeda karena medianya berubah. Anak-anak sekarang kurang guyub, mereka berkumpul tapi tidak bertemu karena asyik dengan gadget,” tambahnya.

Mengenai perundungan, ia mengingatkan agar nama julukan tidak menjadi alat perundungan terhadap pihak lain. Jangan sampai, nama panggilan yang disematkan menjadi simbol yang membuat pihak lain tersinggung.

Begitu juga saat berinteraksi di media sosial. Saat tidak bertemu, bukan berarti seseorang bebas dari perundungan secara online. Bahkan, ia menyebut pembullyan di sosial media bisa berdampak parah terhadap anak.

“Dulu ketersinggungannya tinggi tapi karena semangat bersamanya ada. Sekarang mari bersama-sama dibangun dialognya. Di medsos bully membully juga tampaknya bisa lebih parah,” ujarnya.(tin/iss)

Berita Terkait


Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Minggu, 22 Juni 2025
31o
Kurs