Jumat, 29 Maret 2024

UN Jadi Asesmen Nasional, Guru Ditantang untuk Kreatif

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi.

Nadiem Makarim resmi mengganti ujian nasional (UN) menjadi asesmen nasional (AN) mulai tahun ini. AN sendiri rencananya akan dimulai September 2021.

Mengutip laman Kemendikbud, AN terdiri dari tiga bagian yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar (SLB).

AKM dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif yaitu literasi dan numerasi. Sedangkan survei karakter dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak Profil Pelajar Pancasila. Lalu SLB untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah.

Menurut Teguh Sumarno Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jatim, hadirnya AN secara pembinaan untuk guru di bawah naungan PGRI tidak ada permasalahan. Menurutnya itu hanya perbedaan teknis saja, namun kebiasaan dan kewajiban guru untuk melaksanakannya sudah tertata.

“Kan asesmen nasional pengganti ujian nasional. UN bedanya untuk pribadi dalam sistem pelaporannya dan kemampuan. Tetapi asesmen, proses dan hasilnya dilaporkan pada satuan pendidikan,” terang Teguh kepada Suara Surabaya, Kamis (26/8/2021).

AN menurutnya menjadi tantangan untuk guru karena dituntut tidak hanya menyajikan data berupa hasil, melainkan juga harus menyertakan tes tertulis dan portofolio untuk melihat sejauh mana pemetaan mutu dan kualitas pendidikan itu telah diterapkan.

“Kalau dulu pembelajaran sesuai dengan kurikulum nasional, akhir tahun ujian, beres. Inilah tantangan guru bagaimana menyikapi perkembangan teknologi dan peningkatan mutu anak. Jadi melibatkan survei lingkungan, wali murid dan stake holder lain. Guru ditingkatkan lebih mampu mengoordinasikan ini,” terangnya.

Sekolah nantinya akan dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan sarana prasarana teknologi, untuk menumbuhkan kognitif karakter dan emosional murid. Untuk mencapai itu, kata Teguh, guru bisa bekerja sama dengan Perguruan Tinggi, sesuai dengan keinginan Mendikbud, yaitu tanggung jawab pendidikan bukan hanya ada di Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama saja.

“Guru bisa kerja sama dengan PT karena di PT ada prodi psikologi dan pembinaan karakter sehingga asesmen akan mengoordinasikan dalam rangka mengantar prestasi dan kompetensi anak,” jelasnya.

Diakuinya, jiwa nasionalisme yang melekat pada murid saat ini mulai luntur. Tata krama kepada guru, orang tua dan lingkungan sudah berubah sehingga guru lagi-lagi dituntut untuk mentransformasi karakter untuk lebih mencintai tanah air.

“Yang menjadi kesulitan pada guru menanamkan nilai sejarah dan pengakuan nasionalisme. Didengungkan NKRI harga mati ternyata pada penguatan sejarah dan keberadaan NKRI pada anak prosesnya tidak seperti dulu. Guru harus mencari bentuk dan metode lain agar hisa memahamkan bagaimana menanamkan NKRI harus dibela,” imbuhnya.  idelologi anak di pradaigma yg baru bagaimana NKRI harus dibela

Sehingga menurutnya guru harus berpegang teguh pada koridor Pedagogi dan metode pembelajaran sesuai pedoman kurikulum, kaidah keagamaan, dan pendidikan perilaku. Tak kalah penting juga peran orang tua murid dalam tanggung jawab pembelajaran pada anaknya.

“Sehingga kalau ini dilakukan bersama-sama, karakter anak akan terbangun dengan proses yang luar biasa yaitu dengan asesmen nasional,” pungkas Teguh.

Sementara menurut Mugono Kepala SMAN 8 Surabaya, digitasi pendidikan dalam rangka AN harus disiapkan dan diterima baik oleh guru maupun murid.

Dengan hadirnya AKM sebagai salah satu bagian dari AN, variasi jawaban soal ujian jadi lebih bervariasi. Bukan hanya pilihan ganda dan uraian, namun menjadi pilihan ganda kompleks, menjdodohkan, isian singkat dan uraian. Lalu untuk komposisinya juga berubah.

“Di AKM pengetahuan dikurangi jadi 20 persen, aplikasi 50 persen dan penalaran 30 persen. Sehingga manfaatnya siswa tidak hanya dibekali dengan pengetahuan tapi aplikasi harus dikuasai juga, karena di pendidikan itu sendiri sekarang semuanya serba aplikasi, rapot ada e-rapot, kurikulum dirubah jadi e-ktsp,” terangnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
29o
Kurs