Survei Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur tahun 2021 mengungkap upaya pengobatan dengan mengobati sendiri ketika memiliki keluhan kesehatan menjadi pilihan sebagian besar penduduk di Jawa Timur dengan persentase sebesar 83,80 persen. Disusul rawat jalan 39,66 persen dan rawat inap 3,40 persen.
Angka pengobatan sendiri ini meningkat dibanding tahun lalu sebesar 71,61 persen. Sementara di tahun lalu juga, persentase masyarakat yang memilih rawat jalan sebesar 46,00 persen dan rawat inap 5,41 persen.
Pandemi Covid-19 diduga menjadi pemicu peningkatan pengobatan sendiri karena masyarakat sedapat mungkin menghindari fasilitas kesehatan, kecuali jika keluhannya tidak dapat diatasi secara mandiri.
“Ketika upaya mengobati sendiri tidak dapat mengatasi permasalahan kesehatan maka penduduk Jawa Timur mengunjungi fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik dengan melakukan rawat jalan, ataupun rawat inap,” tulis BPS dalam keterangan tertulisnya, Kamis (28/7/2022).
Hasil Susenas 2021 menunjukkan dua alasan terbesar mengapa penduduk Jawa Timur yang mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir tidak berobat jalan, yaitu mengobati sendiri (82,2 persen) dan merasa tidak perlu (13,59 persen).
Selain kedua alasan tersebut, masih ada 0,42 persen penduduk Jatim yang tidak berobat jalan dengan alasan tidak punya biaya berobat. Disusul waktu tunggu pelayanan lama 0,24 persen dan tidak ada biaya transportasi 0,05 persen.
Persentase penduduk yang tidak berobat jalan dengan alasan tidak ada biaya berobat jika dibandingkan dengan tahun 2020 tidak terlalu banyak mengalami perubahan.
“Adanya program pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah mengupayakan program Jaminan Kesehatan Nasional untuk memudahkan penduduk Indonesia dalam hal mengakses fasilitas kesehatan tanpa dipungut biaya. Sehingga tidak adanya biaya berobat bukan lagi alasan utama penduduk Jawa Timur untuk tidak melakukan berobat jalan ketika memiliki keluhan kesehatan,” pungkas BPS.(dfn/ipg)