Rabu, 11 Desember 2024

Pengamat Sarankan Transisi Mobil Listrik Harus Didukung Stasiun Pengisian Daya yang Merata

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi fasilitas pengisian daya mobil listrik. Foto: Pixabay

Pemerintah terus mendorong transisi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil atau konvensional (BBM) untuk beralih ke energi listrik yang dinilai ramah lingkungan.

Meski demikian, transisi tersebut harus benar-benar didukung dengan fasilitas yang memadai, salah satunya stasiun pengisian energi khusus. Hal ini dikarenakan, case (kejadian) kehabisan baterai di tengah perjalanan masih menjadi permasalahan yang paling sering dikeluhkan para pengguna mobil listrik di Indonesia.

Heri Mardi Sekretaris Komisi Drag Race Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat pada Radio Suara Surabaya Kamis (9/6/2022) pagi mengatakan, sebenarnya saat ini vendor mobil atau kendaraan sudah memberikan fasilitias charger (kendaraan listrik) ke para customernya.

“Saat ini sudah banyak disiapkan dan sudah beda dengan yang dulu, sekarang rata-rata memang sudah fast charger (isi daya cepat). Selain itu saat ini sudah ada peningkatan jarak tempuh sekitar 200 sampai 400 kilometer dari fast charger itu,” jelasnya.

Terdapat kategori kendaraan listrik yang memang hanya digunakan untuk aktivitas didalam kota saja, dan tidak disarankan untuk perjalanan luar kota.

Trainer Dharma Safety Riding and Driving itu juga menyebut, jika keraguan pengguna kendaraan berbahan bakar konvensional berganti ke energi listrik dikarnakan stasiun energi listrik masih sangat dijumpai di Indonesia. Namun, dia melanjutkan, jika hal tersebut bisa terpenuhi seiring waktu.

“Kalau di luar negeri, banyak swalayan yang masing-masing sudah menyiapkan fasilitas fast charging. Itu yang harus ditiru kalau ingin cepat transisi ke mobil listrik,” paparnya.

Selain itu, masyarakat juga harus memahami perawatan dan cara men-charge kendaraan yang benar. Fitur-fitur yang sudah disiapkan masing-masing vendor harus benar-benar dipelajari.

“Yang paling harus dirubah itu mindset masyarakat indonesia, kalau beli kendaraan kira-kira harganya bakal jatuh atau tidak. Jika tetap seperti itu bakal susah kita transisi ke mobil listrik karena yang punya juga masih sedikit,” tukasnya.

Sebagai informasi, jumlah mobil listrik berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) masih sangat rendah.

Pada 2019, Indonesia menjual kendaraan listrik berbasis baterai hibrida (plug-in hybrid electric vehicle/PHEV) sebanyak 25 unit dan kendaraan listrik hibrida (hybrid electric vehicle/HEV) sebanyak 787 unit.

Penjualan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) baru tercatat pada 2020, sebanyak 125 unit. Lalu, PHEV terjual 8 unit dan HEV 1.191 unit pada tahun yang sama.

Pada 2021, penjualan BEV meningkat menjadi 687 unit, PHEV 46 unit, dan HEV 2.472 unit. Sedangkan hingga Maret 2022, penjualan BEV tercatat sebanyak 64 unit, PHEV 10 unit, dan HEV 646 unit. (bil/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Surabaya
Rabu, 11 Desember 2024
24o
Kurs