Sabtu, 18 Mei 2024

Produsen Tempe Putat Jaya Olah Limbah Jadi Pupuk

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Jarwo Susanto memanfaatkan limbah ampas kedelai menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk menghijaukan lingkungan Putat Jaya, Sabtu (25/6/2022). Foto : Manda Roosa suarasurabaya.net

Warung kopi yang jadi sumber penghasilannya harus gulung tikar karena lokalisasi Dolly ditutup pada tahun 2014. Setelah beralih menjadi produsen tempe, dia harus dihadapkan dengan harga kedelai yang melambung tinggi. Baru saja harga mulai stabil, tak lama  harus dihadapkan dengan kondisi pandemi.

Inilah kisah pemilik usaha tempe Jarwo Susanto yang populer dengan panggilan Bang Jarwo. Ditemui suarasurabaya.net, dia menceritakan perjalanannya banting setir.

“Gara-gara menentang penutupan Dolly, saya bersembunyi di rumah saudara di Sidoarjo, di sinilah mulai belajar cara membuat tempe,” kisahnya, Sabtu (25/6/2022).

Perlahan usahanya makin berkembang, semula hanya membutuhkan kedelai menghasilkan 3 kilogram per hari, saat ini menjadi 25 kilogam per hari. Jarwo juga memberdayakan keluarga dan tetangga-tetangganya.

Masih dengan olahan tempe, Jarwo bekerjasama dengan UPN Veteran Jatim dalam program KKN untuk membuat gerakan penghijauan dalam menanam sayuran dengan memanfaatkan ampas kedelai sebagai pupuk organik.

“Ampas kedelai biasanya dibuang sia-sia, kini limbah tempe bisa dijadikan pupuk organik dan saya manfaatkan pada tanaman saya sendiri dengan menggunakan pupuk organik dari bahan limbah kedelai ternyata lebih subur dibandingkan media yang lain,” kata dia.

Hal ini menjadi inovasi baru bagi Bang Jarwo, sebagai gambaran, jika tiap hari produksi 25-35 kilogram kedelai sehingga dalam satu bulan kurang lebih ada limbah kedelai 1000 kilogram atau 1 ton kilogram kedelai.

Pupuk organik ini lalu dibagikan kepada warga sekitarnya disertai beragam bibit, seperti tomat, kangkung, ginseng, sawi dan masih banyak lagi. Hasilnya lingkungan sekitar Putat Jaya telihat asri dengan beragam tanaman.

Selain cantik dilihat, ibu-ibu di sekitarnya juga senang karena sayurannya juga bisa sebagai tambahan menu sehingga menghemat pengeluaran belanja.

“Dengan limbah sebanyak itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan membawa dampak positif karena limbahnya tidak terbuang melainkan terpakai untuk kesuburan tanaman hingga menuju ketahanan pangan,” kata Bang Jarwo bangga.(man/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya
Kurs
Exit mobile version