Kamis, 25 April 2024

Aremania Menolak Tegas Renovasi Stadion Kanjuruhan

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Suasana depan Stadion Kanjuruhan Malang pada tujuh hari pascatragedi kerusuhan, Jumat (7/10/2022). Foto: Risky suarasurabaya.net

Tim Gabungan Aremania (TGA) menolak tegas rencana pemerintah yang akan merenovasi Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Dyan Berdinandri Koordinator TGA beralasan, Aremania tak mau barang bukti tragedi 1 Oktober 2022 lalu diubah.

“Sebagian besar Aremania, terutama kami TGA menolak keras renovasi Stadion Kanjuruhan. Karena itu sebenarnya adalah tempat kejadian perkara (TKP),” kata Dyan, Rabu (12/4/2023).

Menurutnya, jika renovasi itu terealisasi, sama saja pemerintah menghilangkan barang bukti kejadian maut yang menewaskan 135 korban.

“Bagi kami, masalah hukumnya belum selesai maksimal dan tidak pernah ada rekonstruksi (kejadian) di situ,” ujar dia.

Aremania juga tak tega bila harus kembali ke Stadion Kanjuruhan, bersorak-sorai menonton pertandingan sepak bola di atas para jasad keluarganya.

“Kami nggak pernah bisa, kalaupun itu direnovasi dan jadi, kami bersorak sorai, suka cita, dan nonton di situ, di mana tempat itu pernah terjadi tragedi, masak kami mau sorak-sorai di atas jasad anak, adik, istri dan orang tua kami yang meninggal di situ. Kami tidak akan pernah bisa,” katanya.

TGA minta pemerintah membangun museum atau monumen di area itu. Tujuannya sebagai pengingat mereka kepada para korban atau Aremania yang telah wafat mendahului mereka.

“Keinginan kami bikinlah di situ monumen atau museum, untuk memberikan kabar atau memberi tahu masyarakat bahwa di situ pernah terjadi Tragedi Kanjuruhan,” ucapnya.

Monumen atau museum itu juga diharapkan menjadi cambuk bagi Indonesia dan dunia, agar kejadian serupa tak terulang di masa depan. Pasalnya, tragedi Kanjuruhan menjadi tragedi sepak bola terbesar kedua di dunia. Setelah Estadio Nacional Disaster yang menewaskan 328 korban, pada 1964 lalu.

“Menumen dan museum itu bisa dijadikan pengingat agar jangan sampai ada kasus seperti ini lagi di Indonesia maupun di dunia, karena kasus ini menjadi kedua terbesar di dunia,” ucapnya.

Penolakan itu, tegas Dyan, bukan tidak setuju adanya stadion baru. Ia berharap kalau ada, harus sesuai standar keamanan dan keselamatan FIFA.

“Kami tidak menolak adanya stadion baru, tapi tidak di Stadion Kanjuruhan,” katanya.

Mengingat, temuan Basuki Hadimuljono Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang telah mengaudit 22 stadion di Indonesia usai Tragedi Kanjuruhan tak sesuai standar.

“Pasca tragedi (Kanjuruhan) kemarin, kan disurvei Menteri PUPR, ternyata ada 22 stadion di Indonesia yang tidak berstandar internasional atau FIFA,” ucap Dyan.

“Kami berharap Bapak Presiden Jokowi membangun yang sesuai (standar FIFA), tapi itu terserah, monggo kami pasrahkan, yang penting tidak di Stadion Kanjuruhan,” pungkas Dyan menegaskan.

Diketahui, Kementerian PUPR akan melakukan renovasi Stadion Kanjuruhan mulai Juni 2023. Renovasi yang memakan biaya Rp390 miliar itu akan menghabiskan waktu 28 bulan. (lta/ihz/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
26o
Kurs