Kamis, 18 April 2024

Kegigihan Mbah Soleh, Jemaah Tuna Netra Embarkasi Surabaya yang Bertekad Naik Haji

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Soleh jemaah Haji tuna netra asal Magetan bersama Putinah istrinya ketika sampai di Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Foto: Istimewa.

Dua minggu lalu menjadi kabar paling dinanti oleh Mohammad Soleh (77) jemaah haji tuna netra asal Magetan, Jawa Timur. Sebab dia bakal berangkat ke Tanah Suci dalam waktu dekat.

“Kebetulan saya masuk cadangan. Saya baru dua minggu yang lalu mendapat kabar kalau jadi berangkat ke Tanah Suci,” ucap mbah Soleh, Selasa (30/5/2023).

Soleh bercerita kalau dia mendaftar haji bersama istrinya, Putinah pada 2011 lalu.

Tekad pergi ke Tanah Suci itu sudah bulat sejak anak-anak Soleh masih duduk di bangku sekolah.

“Saat anak-anak masih sekolah, timbul niatan dalam hati saya (naik haji) kalau anak-anak sudah lulus kuliah, mentas semua, jika tanah yang saya punya masih ada, saya akan menjualnya untuk daftar haji,” ungkapnya sambil mengenang masa lalu.

Tahun 2011 itulah anak-anaknya sudah menyelesaikan kuliah. Beruntung, Sholeh tak sampai menjual tanahnya untuk biaya kuliah. Sehingga ia bisa menjual tanah itu untuk biaya pendaftaran haji.

Tapi sayangnya, uang hasil penjualan tanah itu belum cukup untuk mendaftar haji. Akhirnya Sholeh bersama istrinya memutar otak agar bisa menutupi kekurangan dana itu.

“Tanah sudah terjual, tetapi karena uang yang diperoleh masih belum cukup untuk bisa daftar haji berdua dengan istri saya, maka kami juga meminjam dana talangan haji untuk menutup kekurangan,” jelasnya.

Saat di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Soleh juga bercerita kalau ia bukan tuna netra sejak lahir. Saat itu tahun 1977 atau 46 tahun lalu, Soleh terkena ledakan dari bola lampu ketika mengecek baterai yang ia punya.

“Saya coba dengan menempelkan bola lampu, mungkin ada kabelnya yang salah, Tiba-tiba meledak kena dua mata saya. Kedua mata saya rusak parah hingga sampai saat ini saya tidak bisa melihat lagi,” tutur Soleh.

Setelah mendapat musibah hingga matanya cacat, Soleh yang sebelumnya menjadi petani tidak bisa beraktivitas lagi di sawah. Mau tidak mau sang istri akhirnya menjadi tulang punggung keluarga.

Namun Soleh tak putus asa, ia tetap bekerja meski harus serabutan. Mulai dari kembali bertani hingga menjadi buruh pabrik tebu ia jalani. Demi mencukupi kebutuhan hidup.

“Pokok ada pekerjaan halal saya mau yang penting dapat uang untuk biaya kebutuhan,” katanya.

Setelah beberapa tahun bekerja serabutan, Soleh punya kesempatan untuk belajar memijat. Berbekal ilmu memijat itu, akhirnya mbah Soleh sering mendapat panggilan untuk memijat.

“Kalau pijat capek biasa, saya tidak melayani. Saya memijat pasien yang sakit seperti panas, batuk-batuk dan sejenis nya,” jelasnya.

Meski sudah memasuki usia senja, Soleh masih mampu memijat pasien-pasiennya. Karena banyak orang yang minta tolong untuk memijat, mbah Soleh bisa mencukupi kebutuhan bahkan bisa membeli sebidang tanah.

Keberangkatan Soleh bersama istrinya pergi haji itu sebetulnya sempat tertunda dua tahun karena pandemi Covid-19. Setelah penantian hampir 12 tahun Mbah Soleh bersama istri tercintanya bisa terbang ke Arab Saudi tahun ini.

“November 2022 tahun lalu, saya dan istri berkesempatan berangkat umroh atas bantuan anak-anak. Tak disangka Mei 2023 saya berangkat lagi ke Tanah Suci untuk berhaji. Jadi dalam waktu 6 bulan ini saya ke Tanah Suci dua kali,” pungkasnya.(wld/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 18 April 2024
30o
Kurs