Minggu, 28 April 2024

Kisah Cyntya, Remaja Perempuan yang Viral di Sosmed Jualan Peyek Sambil Merangkak

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Momen Pemkot Surabaya saat mendatangi keluarga Cyntya, remaja penjual peyek sambil merangkak yang videonya viral di sosial media. Foto: Diskominfo Kota Surabaya

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberi bantuan kepada remaja wanita penjual peyek sambil merangkak, usai videonya viral di sosial media.

Diketahui remaja itu adalah Cyntya Afrianti Amala, remaja 17 tahun asal Kendangsari Gang VII Sekolahan, Surabaya, yang rekaman videonya saat berjualan viral di sosial media TikTok.

“Kakinya sampai lecet berdarah-darah karena jualan peyek demi ayahnya,” tulis narasi dalam video yang diunggah akun Tiktok @ceritaharuhariini pada 12 Juli 2023.

Cyntya Afrianti Amala mengaku, bahwa videonya yang viral di medsos diambil sekitar bulan Maret 2023 lalu di kawasan RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Video itu diambil oleh orang yang mengaku dari komunitas sosial.

“Video itu sudah lama bulan Maret 2023 di Jalan Petojo, dekat kawasan RSUD Dr. Soetomo Surabaya,” kata Cyntya, lewat keterangan resmi Pemkot Surabaya, Jumat (21/7/2023).

Menurutnya, komunitas menawarkan untuk membantu keluarga Cyntya dengan cara memviralkan Cyntya melalui media sosial agar mendapat simpati dan bantuan dari masyarakat.

“Awalnya ditawari, katanya biar banyak orang yang donasi, bantu,” ujar Cyntya yang memiliki keterbatasan pada kedua kakinya ini.

Sementara Sumiyati (47) ibunda Cyntya menyebut, ia bersama suaminya Andi Siswoto (49) merupakan warga asli Mojokerto.

Sekitar 12 tahun yang lalu, ia bersama suami dan kedua anaknya memilih tinggal indekos di dekat rumah saudaranya kawasan Kendangsari Surabaya. Meski sudah lama tinggal di Kota Surabaya, Sumiyati enggan pindah Kartu Keluarga (KK) Surabaya.

“Karena memang tidak punya rumah, di Surabaya ini saya ngekos, makanya saya bingung,” katanya.

Ketika Cyntya ingin masuk SMA Negeri, Sumiyati berinisiatif menitipkan anaknya masuk KK bibinya di alamat Jalan Kendangsari Gang Lebar No 102B Surabaya pada Agustus 2022. Sementara Sumiyati bersama suami dan anak nomor tiga, administrasi kependudukannya masih berstatus warga Mojokerto.

“Karena belum satu tahun masuk KK Surabaya, Cyntya tidak diterima SMA Negeri. Akhirnya itu ditawari sama Pak Lurah sekolah PKBM paket C (Januari 2023), tapi Cyntya menolak, tidak mau bersekolah. Kalau sekarang Cyntya sudah mau sekolah kejar Paket C,” katanya.

Sampai akhirnya Sumiyati pun ingin pindah KTP dan KK Surabaya. Inisiatif itu muncul karena melihat kondisi suaminya yang sakit dan membutuhkan banyak biaya pengobatan. Akhirnya ia memutuskan pindah KK Surabaya dengan menumpang alamat saudaranya di Jalan Kendangsari Gang Lebar No 102B. Setelah itu, Cyntya pun lantas ditarik masuk ke dalam KK Sumiyati yang diterbitkan pada 26 Juni 2023.

“Pindah Surabaya biar kalau berobat tidak jauh-jauh ke Mojokerto. Kemudian juga pindah KK Surabaya biar Cyntya bisa masuk ke sekolah negeri. Karena di Surabaya ini apa-apa gratis,” ungkapnya.

Di sisi lain, M Fikser Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Surabaya menegaskan, regulasi kebijakan Pemkot Surabaya terkait intervensi bantuan sosial kepada warganya diprioritaskan bagi warga miskin yang tercatat KTP Surabaya di bawah tahun 2021.

“Jadi yang baru menjadi warga KTP Surabaya 2021 ke atas, sementara tidak dibantu dulu. Karena memang banyak warga Surabaya yang harus diprioritaskan dulu untuk dibantu,” kata Fikser.

Warga luar daerah yang akan pindah KK Surabaya mulai tahun 2021 ke atas, akan diberikan surat pernyataan, bersedia untuk sementara tidak menerima bantuan dari Pemkot Surabaya.

“Jadi kita memiliki regulasi seperti itu. Karena juga kekuatan APBD Surabaya kan terbatas. Kita prioritas dulu warga miskin KTP Surabaya yang sudah lama, kan kasihan mereka,” tegasnya.

Tapi Fikser memastikan aturan itu tidak baku, dan bantuan tetap diberikan untuk keluarga Cyntya.

“Walaupun Bu Sumiyati sudah lama indekos di Surabaya, tapi administrasi kependudukannya (KK) belum satu tahun Surabaya. Meski begitu, kami (pemkot) tidak tutup mata, tetap memberikan intervensi kepada keluarga Bu Sumiyati,” jelas Fikser.

Sementara itu, Wawan Windarto Camat Tenggilis Mejoyo Surabaya menjelaskan, bahwa pemkot telah memberikan sejumlah intervensi kepada keluarga Sumiyati. Salah satu intervensi itu berupa bantuan tebus ijazah SMP Cyntya.

“Bantuan tebus ijazah SMP Cyntya kita ajukan ke Baznas Surabaya pada November 2022. Saat kita ajukan itu, KK Cyntya masih ikut budenya di Kendangsari Surabaya,” ungkapnya.

Selain itu, Sumiyati dan suaminya yang belum satu tahun menjadi warga Surabaya juga mendapat intervensi bantuan dari pemkot, mulai dari intervensi BPJS Kesehatan hingga kursi roda.

“Untuk bantuan kursi roda, kita ajukan lewat Baznas Surabaya pada Maret 2023 untuk suami Bu Sumiyati,” katanya.

Tak hanya itu, Wawan menyebut Sumiyati juga pernah ditawari Lurah Kendangsari ikut bekerja di padat karya. Bahkan, sempat pula ditawari modal usaha berjualan dengan disediakan rombong.

“Dulu pernah ditawari, tapi ibunya (Sumiyati) tidak mau,” tandasnya. (lta/bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
32o
Kurs