Minggu, 28 April 2024

Memasuki Usia ke-78, Pemprov Jatim Fokus Peningkatan Perkonomian

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Kiri ke kanan: Himawan Estu Bagijo Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jatim, Aftabuddin Rijaluzzaman Kepala Biro (Kabiro) Perekonomian Setdaprov Jatim, dan Dyah Wahyu Ermawati Kepala DPMPTSP Jatim waktu mengudara di program Merawat Bumi Majapahit Suara Surabaya, Senin (9/10/2023). Foto: Chandra suarasurabaya.net

Jelang memasuki usia ke-78 Provinsi Jawa Timur (Jatim), pemerintah provinsi setempat fokus meningkatkan perekonomian dan menekan angka kemiskinan dan inflasi, lewat berbagai program yang terselenggara.

Aftabuddin Rijaluzzaman Kepala Biro (Kabiro) Perekonomian Setdaprov Jatim mengatakan, setiap program yang berkaitan dengan perekonomian itu memang jadi fokus pemprov, mengingat status Jatim sebagai poros ekonomi Nusantara.

“Kita mulai dari wilayah timur sampai bagian wilayah barat kan punya ketergantungan (terhadap) ekonomi Jawa Timur. Sehingga sebagai poros tentu kita bagaimana bisa mengendalikan supply demand terhadap produksi Jawa Timur. Jadi mikirnya bukan saja yang ada di Jawa Timur, tapi juga yang ada di luar Jawa Timur,” jelasnya waktu mengudara di program Merawat Bumi Majapahit Radio Suara Surabaya, Senin (9/10/2023).

Oleh karena itu, menurut Afta, Jatim sebagai poros ekonomi harus diiringi dengan tingkat inflasi yang terkendali. Apalagi Jatim juga dikenal sebagai produsen utama komoditas pangan nasional, seperti daging dan telur ayam yang mengakomodir 16 provinsi di luar Jatim, serta beras di 20 provinsi lain.

Untuk angka inflasi Jatim, kata Afta, masih dalam taraf aman, yaitu di bawah rata-rata nasional yang sebesar tiga persen. Upaya mempertahankan inflasi tersebut di antaranya mengadakan operasi pasar murah, hingga pameran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Soal pameran UMKM, dinilainya penting karena sektor tersebut dianggap jadi salah satu tulang punggung perekonomian Jatim.

“Pertumbuhan ekonomi kita sekarang ini memang untuk pendapatan di Bruto kita lebih kurang sekarang 54,36 persen. Yang paling kita utamakan sekarang bagaimana kita meningkatkan UKM kita. Contoh kemarin kita melakukan Jatim Fest yang luar biasa di Jatim Expo itu tanggal 4-8 Oktober,” ujarnya.

Pameran semacam Jatim Fest, menurutnya jadi jawaban dari setiap permasalahan yang dihadapi para pelaku UMKM. Mereka dinilai butuh pasar yang lebih luas dan tidak bisa diharapkan untuk jemput bola sendiri.

“Pameran itu salah satu solusi yang harus kita jaga. Nah, kemarin alhamdulillah kita buat Jawa Timur Fest dari tanggal 4-8 Oktober itu pengunjungnya lebih 30 ribu sudah. Sementara untuk transaksi di sana, itu bisa mencapai lebih daripada Rp13 miliar. Ini suatu yang perlu kita galakkan selalu,” jelasnya.

Selain itu, diharapkan terjadi transaksi pascapameran terhadap para pelaku UMKM yang jadi peserta. Digelarnya pameran, kata Afta, tidak hanya berdampak pada para pelaku UMKM yang jadi peserta, namun juga masyarakat sekitar pameran tersebut digelar.

“Kita juga harus menghitung yang dirasakan oleh masyarakat sekitar, pedagang kaki lima yang ada di sekitaran pameran itu meski tidak tercatat sebenarnya juga merasakan,” bebernya.

Kans Tenaga Kerja Jatim di Era 5.0

Himawan Estu Bagijo Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jatim menambahkan, selain sisi produsen dan pelaku usaha seperti UMKM, ada juga tenaga kerja yang harus dipikirakan betul oleh Pemprov Jatim terkait pertumbuhan perekonomian.

Menurutnya jumlah angkatan kerja sampai saat ini masih menjadi problem di bidang ketenagakerjaan, yang memang harus ditangani secara khusus. Apalagi memasuki industri 5.0, di mana ada peran serta kecerdasan buatan (AI) yang sangat luar biasa.

“Oleh sebab itu, hal yang paling penting bagi kami Itu adalah bagaimana menghubungkan potensi angkatan kerja, dengan potensi lapangan kerja yang tantangannya seperti itu,” jelasnya.

Sinergi antar lintas instansi Pemprov Jatim untuk mengurangi angka pengangguran sudah dilakukan, seperti menggelar job fair yang diikuti ribuan peserta. Kemudian, Pemprov juga membuka peluang tenaga kerja Jatim ke luar negeri untuk melalui pendidikan atau bekerja secara legal.

Dia mencontohkan di KIK Gresik, ada 43 orang yang sudah disiapkan untuk berangkat menjalani pendidikan tertentu ke negara lain, dalam rangka menghadapi perkembangan dunia industri yang akan dibangun.

“Jadi kalau saya rasa bukan soal lapangan kerjanya mungkin mempertemukan antara keahlian anak-anak kita dengan kebutuhan dunia industri, ini yang harus kita cermati bersama,” ujarnya. (bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
27o
Kurs