Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Surabaya dimulai hari ini, Senin (17/7/2023). Dinas Pendidikan (Dispendik) memastikan akan menekankan bahaya pelecehan seksual lewat modul yang sudah digodok beberapa bulan terakhir.
Yusuf Masruh Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya menyebut, modul edukasi seksual yang digodok sejak beberapa bulan terakhir akan diterapkan di jenjang SD-SMP mulai hari ini.
“Jadwal menyesuaikan MPLS di sekolah. Insya Allah sudah siap diterapkan hari ini. Buku induknya sudah disiapkan sekolah. Materinya sama dengan sekolah satu dan lainnya,” terang Yusuf, Senin (17/7/2023).
Sementara MPLS yang akan diikuti orang tua, akan dilaksanan lima hari lagi, Sabtu (22/7/2023).
“Kota akan evaluasi terus, kita cek, pantau. Yang SMP mudah-mudahan jalan ya. SD juga masih adaptasi tapi dengan adanya PAUD sudah terbantu anak sudah mandiri,” terangnya.
Berdasarkan pantauan suarasurabaya.net di SDN Wonokusumo VI Surabaya, para siswa/i masih menggunakan seragam TK dan disambut guru-guru dengan konsep bermain layaknya di taman kanak-kanak.
Menurut Riyo Darminto Kepala Sekolah SDN Wonokusumo VI, selama dua minggu MPLS pelajar kelas 1-2 akan diisi pengenalan tanpa pembelajaran akademis.
“Anak-anak yang diterima 174 siswa. Tapi ada 2 yang mengundurkan diri, jadi 172. Dibagi jadi enam rombel,” terangnya.
Ia juga memastikan, modul edukasi seksual yang sudah digodok dinas pendidikan, akan diajarkan efektif melalui mata pelajaran ketika pembelajaran aktif.
“(Kalau MPLS) akan menekankan kedisiplinan, kejujuran, ramah anak, dikenalkan bagaimana bersentuhan dengan sesama teman. Ke siswa SD akan disampaikan dalam mapel pembuahan misalnya. Kerja sama dengan puskesmas, polisi. Kelas 1-2 diajarkan lewat nyanyian, kelas 3-4 menjaga kebersihan diri, kelas 5-6 berhubungan dengan pembuahan pada materi IPA. Bagaimana ciri-ciri orang mens,” bebernya.
Begitu juga untuk MPLS bersama orang tua, sambungnya, akan menekankan edukasi seksual, bahaya penculikan yang terjadi pada anak-anak sebagai langkah antisipasi bersama.
“Titik tekannya agar kita satu visi dan misi dengan ortu. Edukasi ramah anak. Soal penculikan kalau gak mengenal orang harus sama gurunya dahulu. Masalah jemput menjemput ini rawan sekali,” tandasnya.
Sementara Khusnul Khotimah Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya yang membidangi pendidikan, meminta pendidikan seksual ditekankan sejak usia dini jenjang SD. Sekaligus berkaca pada beberapa kasus pelecehan yang terjadi pada pelajar di Surabaya tahun lalu.
“Modul ini gak ada eksplisit harus gini, masing-masing sekolah harus inovatif sendiri. Harus punya upaya-upaya penanaman seks sebagai upaya pemerintah melindungi anak-anak. Kemudian keluarga itu pilar utama jadi ada momen ortu dapat MPLS nanti sekolah bisa tahu bagaimana kondisi keluarga,” terangnya.
Begitu juga siswi SMP, menurutnya lebih rawan menjadi korban, karena pesatnya perkembangan usia.
“SMP ini rawan. Tahun lalu kita tahu SMP sangat sensitif terhadap kondisi yang ada. Apalagi tanggal 23 Juli nanti Hari Anak Nasional, Surabaya insya Allah jadi titik gimana bisa dikatakan berhak mendapat predikat Kota Layak Anak,” tandasnya. (lta/ham)