Sabtu, 7 Desember 2024

Penderita PJB di Indonesia Masih Tinggi, Dokter Beberkan Cara Deteksi Dini

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi penyakit jantung. Foto: Pixabay

Dokter (dr) Agus Harianto Direktur RSTKA Universitas Airlangga menyebut, Penyakit jantung bawaan (PJB) jadi salah satu fokus penyakit yang ditangani timnya saat menjalankan program pengabdian ke Nusa Tenggara tahun ini.

Pasalnya, angka penderita PJB masih tinggi, yakni tujuh sampai sembilan persen dari angka kelahiran bayi setiap tahunnya. Sementara laman databox.katadata.co.id mencatat, hampir 4,8 juta anak lahir setiap tahun di Indonesia.

“Tujuh sampai sembilan persen per angka kelahiran tiap tahun. Itu tinggi sekali,” katanya, Sabtu (13/5/2023).

Sementara dr. Dyah Ayu Pitaloka dari Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Pediatri Fakultas Kedokteran Unair membeberkan sejumlah upaya pencegahan dini PJB pada bayi.

Setidaknya ada empat penyebab bayi mengalami PJB usai dilahirkan. Mulai dari infeksi, nutrisi yang kurang cukup, ibu yang sakit selama masa hamil, hingga faktor genetik.

“Jeleknya adalah, kalau sudah ada gangguan pada jantungnya, maka terapinya hanya bisa dua. Obat-obatan seumur hidup atau operasi. Sehingga, tindakan pencegahan harus segera dilakukan,” katanya.

dr. Dyah Ayu Pitaloka PPDS Pediatri FK Unair. Foto: Meilita suarasurabaya.net

Para ibu hamil, lanjut Dyah, sebaiknya menjalani skrinning maternal atau pemeriksaan kehamilan serta kontrol rutin. Bahkan, juga USG Fetomaternal untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada janin.

“Mangkanya kalau sudah menikah harus ada skrinning, harus ada imunisasinya sebelum nikah. Kemudian, saat kehamilan harus selalu cek, kontrol ke dokter obgyn terus-menerus. USG Fetimaternal agar bisa tahu apakah bayinya ada kelainan apa tidak dalam kandungan. Nutrisinya harus dikontrol, jangan sampai kurang,” terangnya lagi.

Penangangan dini untuk memastikan bayi terbebas ataupun jika memang mengidap PJB, lanjutnya, proses melahirkan harus dilakukan di fasilitas kesehatan yang ditangani nakes.

“Sehingga nakes yang sudah tahu, PJB seperti apa, bisa lihat bayinya biru apa gak. Terus dicek saturasi turun, diperiksa fisik ada murmur misalnya. Karena PJB itu gak terlihat saat lahir 24 jam pertama. Yang bisa mengenali nakes. Ada juga bayi PJB yang tidak berwarna biru, gak terlihat,” tambahnya.

Sementara bagi usia dewasa, dr. Luqman Hakim Andira, PPDS Kardiologi FK Unair menambahkan, pasti merasakan gejala paling menonjol dalam waktu lama dan sering.

“Jadi, pada orang dewasa yang sudah ada dasar penyakit PJB-nya akan ada gejala tapi gak berobat. Misal mudah kelelahan rasanya biasa tapi, itu gejala dominan yang ia bawa sejak lahir. Cirinya rasa gak nyaman kalau beraktivitas, mudah lelah, itu hal biasa tapi penting untuk mendeteksi,” beber Luqman.

Jika merasa tubuh gampang lelah dan sesak napas, Luqman menyarankan segera check up total kesehatan. “Agar deteksi dini bisa lebih cepat penanganannya. Akan beda kalau kita tahu cepat sama lambat,” tandasnya. (lta/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 7 Desember 2024
24o
Kurs