Jumat, 17 Mei 2024

Presiden Mesir Tolak Pemindahan Paksa Warga Gaza

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Abdel-Fattah al-Sisi Presiden Mesir. Foto: viva.co.id

Abdel Fattah al-Sisi Presiden Mesir menyatakan jutaan warga Mesir menolak pemindahan paksa warga Palestina ke Sinai, dan menyebut tindakan semacam itu akan membuat Semenanjung Mesir menjadi basis serangan terhadap Israel.

Setelah Sisi berbicara dengan Joe Biden Presiden Amerika Serikat lewat telepon, John Kirby Juru Bicara Gedung Putih mengatakan sekitar 20 truk pembawa bantuan kemanusiaan dibolehkan memasuki Gaza dari Semenanjung Sinai, di Mesir dalam beberapa hari mendatang.

Melansir Antara, Kamis (19/10/2023), John Kirby mengatakan jalan tersebut terlebih dahulu harus diperbaiki sehingga bisa dilewati truk bantuan lebih banyak lagi. Al-Sisi kemudian sepakat bahwa bantuan harus diberikan secara berkelanjutan.

Mesir berusaha menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui perlintasan perbatasan Rafah, tapi bantuan menumpuk di sisi Mesir akibat bombardemen Israel membuat perlintasan itu tak bisa dioperasikan.

Mesir khawatir bombardemen dan blokade besar-besaran Israel di Jalur Gaza yang dihuni 2,3 juta orang, memaksa penduduk Gaza yang sudah pindah ke selatan, menyeberang ke Sinai.

“Jalur Gaza secara efektif dikendalikan Israel dan warga Palestina bisa dipindahkan ke Gurun Negev di Israel “sampai kaum militan ditangani”, kata Sisi dalam konferensi pers bersama dengan Olaf Scholz Kanselir Jerman, di Kairo pada Rabu (19/10/2023).

Perbatasan Sinai-Jalur Gaza menjadi satu-satunya pintu lintas dari wilayah Palestina yang tidak dikuasai Israel.

“Apa yang terjadi saat ini di Gaza adalah upaya memaksa warga sipil mengungsi dan bermigrasi ke Mesir, yang tidak boleh ditolelir,” kata Sisi.

“Mesir menolak segala upaya menyelesaikan masalah Palestina dengan cara militer atau melalui pemindahan paksa warga Palestina dari tanah airnya, yang akan merugikan negara-negara di sekitarnya,” lanjutnya.

Sisi mengatakan rakyat Mesir bisa marah untuk kemudian melancarkan unjuk rasa dalam jumlah jutaan, guna menentang pemindahan paksa warga Gaza ke Sinai.

Sembari menandaskan sikap Mesir dalam konferensi pers di Beirut, Osama Hamdan pejabat Hamas menyerukan agar sikap Mesir ini didukung di tingkat rakyat dan pejabat Arab, karena bukti adanya perlindungan nyata bagi rakyat Palestina.

Mesir mewaspadai ketidakamanan dekat perbatasan dengan Gaza di timur laut Sinai, tempat meningkatnya pemberontakan kelompok militan sejak sepuluh tahun silam.

“Setiap pemindahan warga Palestina ke Sinai mengartikan kita memindahkan gagasan perlawanan, pertempuran, dari Jalur Gaza ke Sinai, dan Sinai akan menjadi basis melancarkan operasi melawan Israel”, ujar Sisi.

Yordania, yang berbatasan dengan Tepi Barat yang diduduki Israel dan menampung sebagian besar warga Palestina yang melarikan diri atau diusir dari tanah airnya saat Israel didirikan, juga memperingatkan agar warga Palestina tidak dipaksa meninggalkan tanah airnya.

Setiap rencana pengiriman bantuan ke Sinai diperkirakan akan melibatkan evakuasi sejumlah orang pemegang paspor asing dari Gaza, sesuatu yang telah dikondisikan para pejabat Mesir supaya bantuan bisa masuk.

Pada Rabu (18/10/2023), setelah pembicaraan dengan Biden, kantor Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel mengatakan Israel tak akan menghalangi bantuan bagi warga sipil yang memasuki Gaza dari Mesir.

Dua sumber keamanan Mesir menyatakan kendati Israel keras kepala, pada Rabu (19/10/2023) malam, mereka telah menyebutkan lokasi di Gaza di mana bantuan boleh dikirimkan tetapi tidak menentukan kapan pelintasan perbatasan bisa dioperasikan dengan aman.

Murka kembali pecah di Timur Tengah setelah sebuah rumah sakit Gaza dibom hingga menewaskan ratusan orang. Relawan yang menunggu di Rafah di sisi Mesir menggelar shalat jenazah untuk mereka yang terbunuh.

Al-Sisi dan para pemimpin Arab lainnya mundur dari pertemuan dengan Biden sebagai protes atas ledakan tersebut dan apa yang mereka lihat sebagai bias Washington yang pro-Israel.

Ratusan warga Mesir pada Rabu (19/10/2023) melancarkan unjuk rasa di pusat kota Kairo, dan di kampus Universitas Kairo. TV pemerintah menayangkan unjuk rasa di tempat-tempat lain di negara ini.

Para demonstran di Kairo berteriak “Buka perbatasan!” dan “Rakyat menginginkan Israel ambruk!”. (ant/and/bil)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 17 Mei 2024
30o
Kurs