Sabtu, 2 November 2024

Gagal Ginjal, Anak Asal Madiun Cuci Darah Sepekan Dua Kali dan Setop Mamin Instan

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi. Anak sakit gagal ginjal. Foto: Shutterstock/SewCream

Perjuangan MS (13 tahun) anak asal Madiun yang sudah dua tahun rutin menjalani cuci darah dan berhenti total makan mie instan demi sembuh dari gagal ginjal.

Ia mengaku awalnya suka makan mie instan karena ikut-ikutan teman, lama-lama ketagihan.

“Dua-duanya (suka jajan mie instan dan es kemasan) setiap hari,” katanya ditemui awak media di Surabaya, dikutip Sabtu (17/8/2024).

Selain mie, hampir jajanan instan ia makan setiap hari. Sejak 2022 lalu, dokter memvonisnya gagal ginjal, MS tidak lagi mau menyentuh makanan instan. Air mineral pun hanya 600 ml sehari sesuai anjuran dokter.

“Nggak (pengen lagi),” katanya.

Cuci darahnya sudah berjalan dua tahun di RSUD Dr. Soetomo sepekan dua kali ditemani ibu dan ayahnya.

Tak lagi merengek sakit seperti awal-awal, sekarang ia sangat semangat menjalani cuci darah. MS berharap segera pulih dan bisa kembali sekolah offline.

“Ingin sehat. Sekolah. Kangen sekolah. Kangen main sama teman-teman. Awal (cuci darah) sakit. Sekarang sudah biasa,” imbuhnya.

Ia juga punya mimpi mengajak teman-teman sebayanya untuk berhenti mengonsumsi bahan makanan instan saat sembuh nanti.

Sementara MW, ibu kandungnya menyebut, selama ini ia dan suaminya bekerja. MS sehari-hari bersama nenek di rumah. Ia sudah sering melarang anaknya agar tidak makan mie tapi keterbatasan waktu membuatnya kesulitan memantau.

“Terakhir makan mie langsung diseduh dalam gelas, terus dicampur mie warna hijau kering gak ada label harga Rp1.000-an ada warna hijau, merah, diseduh pakai air panas, terus akhirnya muntah,” katanya.

Jika diingat, MS suka makan mie instan sejak umur 10 tahun. Selama setahun belakangan sebelum akhirnya divonis gagal ginjal.

“Sebelumnya (umur 10 tahun) sudah suka, mengonsumsi, tapi gak terlalu sering,” imbuhnya.

Gejalanya pun hampir tidak bisa diprediksi. Kondisi tubuh MS lemah sering demam, tapi setiap dibawa ke dokter, hanya didiagnosa kelelahan atau kadang radang tenggorokan.

Sampai akhirnya usai mengonsumsi mie instan yang dicampur sendiri, muntah dan sesak. Sejak Oktober 2022 ia divonis gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah.

“Tiba-tiba sesak, waktu itu saya bawa ke dokter dikasih obat, katanya kalau masih sesak saya disuruh bawa ke rumah sakit. Sampai rumah masih tetap sama, saya bawa ke puskesmas untuk oksigen, saturasi bagus katanya dan boleh pulang. Saya bawa pulang tambah sesak, akhirnya malam saya bawa ke RSUD Caruban, Madiun. Di sana foto thorax, cek darah. Saya minta foto ginjal ternyata ginjalnya memang bermasalah,” paparnya.

Sementara, dr. Sjamsul Arief Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur pada Minggu (11/8/2024) mengatakan, sebagian penyebab kasus gagal ginjal pada anak banyak dipengaruhi oleh pola hidup. Ia berpesan supaya orang tua lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi anak.

“Yang siap saji, mie instan. Itu terutama, nggak baik untuk ginjal. Garamnya tinggi, tepungnya, pengawet juga zat yang nggak baik,” tandasnya.

Terpisah, dr. Erwin Astha Triyono Kepala Dinas Kesehatan Jatim mengatakan, metode pencegahan di awal merupakan cara terbaik untuk meminimalisir kasus gagal ginjal pada anak. Artinya, semua pihak terutama orangtua memiliki peran penting memberikan edukasi pola hidup sehat kepada anak. “Yang terpenting preventif dan promotif,” kata Erwin.(lta/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 2 November 2024
26o
Kurs