Senin, 29 April 2024

Penderita Tumor Otak Terus Meningkat, FK Unair Gandeng Ahli Bedah Saraf Belanda untuk Adopsi Teknologi Terbaru

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran (FK) Unair mengukuhkan guru besar ahli bedah saraf asal Belanda untuk kembangkan riset dan teknologi mengatasi angka tumor otak yang terus meningkat, Rabu (21/2/2024). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) mengukuhkan guru besar ahli bedah saraf asal Belanda untuk mengadopsi teknologi dan mengembangkan riset terbaru, khususnya untuk menangani tumor otak.

Dokter (dr.) Wihasto Suryaningtyas Spesialis Bedah Saraf Konsultan Sekretaris Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran (FK) Unair menyebut, ada peningkatan 10 hingga 25 persen kasus tumor otak setiap tahun dari sebelumnya.

“Meningkat pada anak-anak dan dewasa tampaknya meningkat, kalau kita hitung naik 10 sampai 25 persen dari tahun sebelumnya, itu semua untuk anak maupun dewasa. Pasien kita setiap habis dioperasi muncul lagi dua sampai tiga kasus baru,” katanya usai pengukuhan di FK Unair, Rabu (21/2/2024).

Kiri ke kanan: Prof. Rob, J.M.Groen, MD, Phd asal Universitas Medical Center Groningen Belanda yang dikukuhkan FK Unair dan Dokter Wihasto Suryaningtyas Spesialis Bedah Saraf Konsultan Sekretaris Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran (FK) Unair, Rabu (27/1/2024). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Setidaknya sepanjang 2023, lanjutnya, ada 300 pasien tumor otak yang sudah dioperasi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. “Angka ini pun terus bertambah, karena untuk tahun ini ada beberapa yang sudah kita jadwalkan operasi,” imbuhnya.

Meski operasi bukan satu-satunya penanganan tumor otak, kata Wihasto, ada beberapa modalitas pengobatan. Mulai dari kemoterapi, radioterapi dan operasi atau tindakan pembedahan.

“Tentunya pengobatan yang dilakukan akan melihat kondisi pasien, karena setiap pasien datang dengan kondisi yang berbeda-beda,” ucapnya ulang.

Faktor pemicu peningkatan kasus tumor otak di Indonesia, disebutnya mulai perubahan cuaca, pola hidup, pola makan, lingkungan dan banyaknya temuan kasus karena deteksi dini yang masif.

“Dulu mungkin banyak yang tidak terdeteksi karena tidak ada CT-Scan, tidak ada MRI sehingga sekarang faktor deteksi lebih mudah dan banyak yang tertangkap,” ujarnya lagi.

Ia berharap, Prof. Rob, J.M.Groen asal Universitas Medical Center Groningen Belanda yang dikukuhkan hari ini, Rabu (21/2/2024), sebagai guru besar luar negeri atau adjunct professor Departemen Neurosurgery FK Unair, bisa bekerjasama riset dan teknologi pengobatan tumor otak untuk diterapkan di Indonesia.

“Beliau konsen dalam pengobatan tumor otak, mulai dari teknologi terbaru lalu riset terbaru, khususnya yang bisa diaplikasikan di negara berkembang seperti Indonesia. Prof Groen juga akan mengikuti pengmas bersama kami di Banyuwangi mengenai penyuluhan gejala awal tumor otak,” ucapnya

Ia minta masyarakat mewaspadai gejala paling sering tumor otak yaitu, nyeri di kepala jangka panjang dan progresif disertai gangguan penglihatan dan aktivitas gerak.

“Jadi sakit kepalanya yang menetap dan terus-menerus, bukan sakit kepala yang setelah tiga hari hilang atau setelah enam bulan baru mengalami kekambuhan,” tandasnya. (lta/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
27o
Kurs